Jumat, 24 April 2015

PROPOSAL HIPERTENSI PADA LANSIA



FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA KABUPATEN GOWA






FAHRUDDIN IRWANSAYAH
11.1101.404



FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2015





BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAAKANG
     Di era globanisasi ini terlalu banyak penyakit yang  bermunculan namun penyakit sudah lama di temukan masi menjamur diberbagai belahan dunia salah satunya hipertensi bahkan Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejala terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.
     Sampai saat ini  Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia WHO tahun 2011 ada satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan dua per-tiga diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan  rendah- sedang.  Bila tidak dilakukan upaya yang tepat jumlah ini akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% atau 1,6 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi, sedangkan di Indonesia angka kejadian hipertensi cukup tinggi.
Menurut data  RISKESDAS KEMENKES RI, angka kejadian hipertensi pada 5 tahun terakhir sebanyak 31.7%. Sementara kasus hipertensi yang belum berhasil terdiagnosa juga masih sangat tinggi yakni 76%.
Seseorang yang berusia 50 tahun dengan tekanan darah sitolik lebih dari > 140 mmHg lebih berisiko menderita penyakit kardiovaskular dari pada hipertensi diastolik. Risiko menderita penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg, menambah 2 kali pada setiap penambahan 20/10 mmHg. Seseorang yang mempunyai tekanan darah normal pada usia 55 tahun, 90% nya berisiko menjadi hipertensi.
            Menurut data profil kesehatan kota makassar menyebutkan bahwa jumlah penderita hipertensi di provinsi sulawesi selatan sampai saat ini adalah 71.032.  jiwa  yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota yang ada di provinsi sulawesi selatan.
 Data dari Dinas Kesehatan Kota Makassar juga menyebutkan bahwa jumlah kasus penyakit hipertensi dalam tiga tahun terakhir yaitu mulai pada tahun 2010 sebanyak 13.802 penderita, kemudian pada tahun 2011 jumlah kasus hipertensi mengalami peningkatan yaitu sebanyak 25.332, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 12.298 kasus.
 Dari survai awal yang kami lakukan dipanti sosial tresna wherda terdapat 95 lansia yang terdiri dari 62 orang nenek dan 33 kakek namun di antara 95 lansia ini terdapat + 30 orang yang menderita hipertensi maka dari itu kami ingin mengetahui faktor – faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia.
Karena Pada dasarnya kita ketehui bahwa ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan hipertensi di antaranya stress, obesitas, dan keturunan. Dari faktor tersebut kami mendapat teori yang menyatakan sebagai berikut :
Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu  akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.  Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009).
Maka dari teori di atas kami berniat untuk meneliti hal tersebut di atas demi menjawab kebingungan masyarakat indonesia khusunya sulawesi selatan dan lebih terkhusus lagi masyarat yang ada di sekitar kami yang selama ini kebingunan terhadap penyakit hipertensi itu sendiri.






B.   Rumusan masalah
     Bedasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia.
C.   Tujuan penelitian
1.  Tujuan umum
       Untuk  diketahui Faktor –faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia.
2.  Tujuan khusus
a.    Untuk mengetahui hubungan hubungan antara obesitas dengan terjadinya hipertensi  pada lansia
b.    Untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan dengan terjadinya pada lansia
c.    Untuk mengetahui hubungan hubungan antara stres dengan terjadinya hipertensi  pada lansia
D.   Manfaat Penelitian
1.  Manfaat bagi akademik
       Manfaat bagi institusi yaitu hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan pembejaran dalam teori tentang hipertensi
2.  Manfaat bagi tempat penelitian
       Manfaat bagi tempat penelitian  yaitu dapat di jadikan sebagai landasan dalam memberi asuhan keperawatan
3.  Manfaat bagi peneliti
       Manfaat bagi meneliti yaitu dapat menambah pengetahuaan dalam mengembangkan wawasan hipertensi pada lansia


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Tinjauan umun tentang  hipertensi pada lansia
            Penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
1.  Lansia
a.    Pengertian lansia
          Menurut UU No. 13 tahun 1998 di katakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas .(rosidawati.dll.2010)
           Stanley and beare,(dalam A.Lilik ma’rifatul 2011 ) mendefenisikan lansia berdasarkan karakteristik social masyarakat yang menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan cirri fisik seperti rambut beruban,kerutan kulit, dan hilangnya gigi.
b.    Batasan usia lanjut
    Menurut rosisadawati.2010 berikut batasan usia lanjut
1)  Pra usia lanjut (prasenilis)
          Seorang yang berusia antara 45-59 tahun
2)  Usia lanjut
          Seorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah tahap mas tua dalam perkembangan individu ( 60 tahun ke atas ) sedangkan lanjut usia adalah sudah berumur atau tua.
3)  Usia lanjut resiko tinggi
          Seorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
4)  Usia janjut potensial
          Usia lanjut yang masi mampu melakukan pekerjaa dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang  jasa
5)  Usia lanjut tidak potensial
     Usia lanjut yang tidal berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergandung pada bantuan orang lain.
     Sebenarnya tidak ada batas yang tegas pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun menurunnya. Beberapa pendapat mengenai batasan usia sebagai berikut :
     Batasan Usia menurut WHO Lanjut Usia Meliputi :
(a)       Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun
(b)   Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
(c)    Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun
(d)Usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun
     UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia
lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahunkeatas".
Menurut Dra.Ny.Jos Masdani ( Psikolog UI )
    Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu :
1.      Fase Iuventus : antara 25 sampai 45 tahun
2.      Fase Vertilitas : antara 40 sampai 50 tahun
3.      Fase Prasenium : antara 55 sampai 65 tahun
4.      Fase Senium : antara 65 tahun sampai dengan tutup usia
Menurut Prof.Dr. Koesmanto Setyonegoro
Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut :
1.      Usia dewasa muda ( elderly adulhood ), yaitu usia 18 sampai 25 tahun
2.      Usia dewasa penuh ( middle years ) atau maturitas, yaitu usia 25 sampai 60 atau 65 tahun
3.      Lanjut usia ( geriatric age ), lebih dari 65 atau 75 tahun Yang dapat dibagi menjadi:
a.       Young Old : usia 70 sampai 75 tahun.
b.      Old : usia 75 sampai 80 tahun.
c.       Very Old : usia lebih dari 80 tahun.

Birren and Jenner (1997)
membedakan usia menjadi tiga yaitu :
1.    Usia Biologis; Yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup dan mati.
2.    Usia Psikologis; Yang menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.
3.    Usia Sosial; Yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.
Menurut Prof.Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad
   Membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut :
1.    Masa setengah umur (prasenium) : 40 sampai 60 tahun
2.    Masa lanjut usia (senium) : 65 tahun ke atas.
c. Tipe usia lanjut
              Beberapa pada usia lanjut  bergantung pada kerakter pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, kondisi fisik, mental, sosial dn ekonomi.
1)    Tipe arif bijaksana
   Kaya dengan hikmah pengalaman, menyuikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan memenuhi undangan dan menjadi panutan.
2)    Tipe mandiri
   Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif, dalam mencari pekerjaan, taman bergaul dan memenuhi undangan.
3)    Tipe Tidak Puas
   Komfik  lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkeritik dan banyak  menuntut.
4)    Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
5)    Tipe bingun
   Kaget kehilangan kepribadian, yang mengasing diri, minder menyesal, pasif  acuh tak acuh.
Tipe lain dari usia lanjut adalah :
(a)   Tipe Optimis
(b)   Tipe kontruktif
(c)    Tipe defenden (ketergantungan)
(d)   Tipe defensif (bertahan)
(e)    Tipe militan dan serius
(f)    . Tipe marah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu)
(g)   Tipe pitus asa ( benci pada diri sendiri )
    Menurut tingkat kemandiriannya di mana dinilai dari kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari – hari ( indeks kemandirian katz), para usia lanjut dapat digolong menjadi tipe:
1.  Usia lanjut manjadi sepenuhnya.
2.  Usia lanjut mandiri dengan lansung  keluarga.
3.  Usia lanjut mandiri dengan bantuan secara tidak lansung.
4.  Usia lanjut dengan bantuan badan sosial.
5.  Usia lanjut di panti werdha.
6.  Usia lanjut yang dirawat dirumah sakit.
7.  Usia lanjut dengan gangguan mental.
2.  Hipertensi
a.  Pengertian
   Hipertensi adalah suatu keadaaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagai manamestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. (ns. Andra saferi wijaya,S.kep,2013)


b.  Jenis –Jenis Hipertensi
(a.  Hipertensi idiopatik : 95% , yaitu hipertensi yang tidak di ketahui penyebabnya. Kemudian ada predisposisi genetik yang menimbulkan perubahan –perubahan : ekskresi natrium dan air oleh ginjal, kepekaan baroreseptor, respon vascular dan sekresi rannin.
(b.  Hipertensi sekunder : 5% yaitu hipertensi yang lainnya timbul sekunder dari proses penyakit lain seperti  ginjal. (dr.taufan nugroho. 2011)
c.   Etiologi
   Penyebab hipertensi yang sering kali menjadi penyebab di antaranya adalah atberoclerosis ( penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah ) keturunan bertambahnya jumlah darah yang di pompa kejantung, penyakit ginjal kelenjar adrenalin dan sistem saraf simpatis.(muhammadun as.2010)
   Penyebab hipertensi lainnya yang jarang terjadi adalah feokrositoma yang tumor pada kelenjar adrenalion yang menghasilkan hormon epinepbrine (adrenalin) atau norenefrin (noradrenalin) (muhammadun as.2010)
   Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
(a. Elastisitas dinding aorta menurun
(b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
(c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
(d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
(e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
d.  Patofisiologi
   Mekanisme  yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
   Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
   Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Rohaendi, 2008).
e.  Klasifikasi Hipertensi
1.    Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dalam Rohaendi (2008):
b.  Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik  kurang atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastoliknya kurang atau sama dengan 90 mmHg.
c.   Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg
d.  Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
2.    Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari: Tekanan sistolik:
a.  < 119 mmHg : Normal
b.  120-139 mmHg : Pra hipertensi
c.   140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
d.  > 160 mmHg : hipertensi derajat 2
Tekanan diastolic
c.       < 79 mmHg : Normal
d.      80-89 mmHg : pra hipertensi
e.       90-99 mmHg : hipertensi derajat 1
f.       >100mmHg : hipertensi derajat 2
Stadium 1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99 mmHg)
Stadium 2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg 100-109 mmHg)
Stadium 3: Hipertensi berat (180-209 mmHg 110-119 mmHg)
f.    Gejala Hipertensi
   Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Menurut  anjdati soeria (2013), sutanto,(2010)
   gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu:
1.    Kepala pusing atau sakit kepela
2.  Sering gelisah
3.  Wajah merah
4.  Tengkuk terasa pegal
5.    Mudah marah
6.  Telinga berdengung
7.  Sukar tidur
8.   Sesak napas
9.  Rasa berat ditengkuk
10. Mudah lelah
11. Mata berkunang-kunang
12. Mimisan ( keluar darah dari hidung).
13. Muka pucat
14. Suhu tubuh rendah
g.    Komplikasi
1.    Stroke
2.    Infark miokardium
3.    Gagal ginjal
4.    Ensefalotof
3.  Faktor- faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi
   Menurut  muhammadun as .2010 Ada beberapa macam yang dapat menyebabkan penyakit hipertensi. Berikut ini ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan tekanan darah tinggi atau hipertensi antara lain adalah :
(a. Genetis
 Para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi ( genetik ) dengan resiko bagi orang yang menderita penyakit ini
(b. Umur
 Penyebaran hipertensi menurut golongan umur telah terdapat kesepakatan dari para peneliti di indonesia. Disimpulkan bahwa prevalansi  hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur
          Sebagai gambaran salah satu hasil penelitian tentang penyebaran menurut umur
Frekuensi  hipertensi menurut golongan umur
No.
Golongan umur ( tahun)
Frevalansi(%)
1
20-29                                       
6.10
2
30-39
6,70
3
40-49
10,10
4
50-59
10,20
5
Di atas 60
13,00
6
Seluruh umur
8,60

a.    Jenis kelamin
          Hasil survai kesehatan rumah tangga menunjukkan bahwa prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di indonesia cukup tinggi 83 per 1.000 anggota rumah  tangga . pada umumnya pria lebih banyak yang menderita hipertensi di bandingkan dengan perempuan. Wanita > pria pada usia >50 tahun peria >pada usia < 50 tahun
b.    Pekerjaan
            Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi berat pria yang mengalami tekanan dalam pekerjaan akan mengalami akan mengalami tekanan darah tinggi pada saat jam kerjanya di bandingkan dengan rekan kerjanya yang jabatannya lebih longgar tanggung jawabnya.
     Adapun Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi  yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
1.  Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:
a.  Jenis kelamin
          Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.  Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009). 
          Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
b.  Umur
          Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.
          Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
          Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi.
c.  Keturunan (Genetik)
          Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu  akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.  Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009).
2.  Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:
a.    Obesitas
    Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
    Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat dilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
    Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
                                       Berat Badan (kg)
     IMT = ------------------------------------------------
                    Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
    IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obesita 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.
b.    Kurang olahraga
    Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
    Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi, 2008).
c.    Kebiasaan Merokok
    Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
d.     Mengkonsumsi garam berlebih
    Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).
e.     Minum alcohol
    Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu  faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
f.     Minum kopi
    Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
g.    Stress
    Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal

B.  Karangka konsep
1.    Bagan kerangka konsep
            Berdasarkan uraian dari tinjauan pustaka tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada lansia maka kami gambarka karangka konsep sebagia berikut :













Variabel Independen
 

Variabel Dependen
 


 















Keterangan :
                                      :    variabel yang diteliti
                                      :    variabel yang tidak diteliti

     Variabel Penelitian
a.         Variabel Dependen
1)  Stress
2)  Keturunan (Genetik)
3)  Obesitas

b.      Variabel Independen
 Hipertensi Pada Lansia
2.      Hipotesis
a.  Hipotesis nol (Ho)
1)  Tidak ada hubungan Stres terhadap terjadinya hipertensi pada lansia  
2)  Tidak ada hubungun keturunan (genetik)  terhadap terjadinya hipertensi pada lansia 
3)  Tidak ada hubungun obositas  terhadap terjadinya hipertensi pada lansia 
b.  Hipotesis Alternatif (Ha)
1)  ada hubungan Stres terhadap terjadinya hipertensi pada lansia 
2)  ada hubungun keturunan (genetik)  terhadap terjadinya hipertensi pada lansia 
3)  Tidak ada hubungun obositas  terhadap terjadinya hipertensi pada lansia 
3.    Definisi Operasional
a.    Stress dalam penelitian ini adalah mekanisme koping lansia terhadap beban kehidupan yang di hadapi (masalah)
Criteria objektif   :
1.  Stress               : Jika lansia tidak dapat mengontrol mekanisme koping dalam dirinya.
2.  Tidak stress     :  jika lansia dapat mengontrol mekanisme koping dalam dirinya.
b.     Keturunan (Genetik) dalam penelitian ini adalah riwayat penyakit yang pernah di derita oleh anggota keluarga sebelumnya khususnya hipertensi
        Criteria objektif :
1. Ada              :  Jika lansia memiliki anggota keluarga terdahu menderita hipertensi.
2.    Tidak ada    : Jika lansia tidak  memiliki anggota keluarga terdahu menderita hipertensi.
c.   Obesitas  dalam penelitian ini adalah  orang yang berat badan rendah, ideal dan obesitas  yang mana yang lebih berisiko terkena hipertensi
Kriteria Objektif
1.    Obesitas : Jika responeden memiliki IMT    
2.    Tidak obesitas: jika







BAB III
METODE PENELITIAN
A.   Rancangan / desaian penelitian
           Berdasarkan tujuan penelitian maka rancang bangun penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifatsurvai analitik, yaitu suatu penelitian yang mencoba mengetahui mengapa masalah kesehatan tersebut bisa terjadi, kemudian melakukan analisis hubungan antara faktor risiko (faktor yang mempenagruhi efek ) dengan faktor efek ( faktor yang di pengaruhi oleh resiko ).Agus Riyanto(2011)
         Berdasarkan pelaksanaannya maka rancang bangun penelitiannya dengan menggunakan jenis survey analitik, yaitu penelitian  yang mengambil sample dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan datanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor resiko (independen) dengan faktor efek ( defenden ) dimana melakukan obserpasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama. Agus Riyanto(2011)
B.   Lokasi dan waktu
1.    Lokasi
   Penelitian ini di lakukan di panti sosial tersna werda Kab. Gowa
2.    Waktu
   Penelitian ini akan di laksanakan pada tanggal 07 Mei 2015
C.   Populasi dan teknik penaganbilan sample
1.    Populasi
      Populasi dalam penelitan ini adalah semua lansia yang menderita hipertensi di panti sosial tresna werda. Kab. Gowa
2.    Sample pengambilan sampel
      Sampel dalam penelitian ini adalah semua  lansia menderita hipertensi dan berada dalam panti sosial tresna whirda pada saat itu. Untuk meminimalkan kesalahan dalam pengambilan sampel maka kami menggunakan teknik accidental sampling yaitu metode pengambilan sampel dengan memilih siapa yang kebetulan di jumpai pada saat penelitian berlangsung di panti sosial tresna werda. Kab. Gowa. dengan jumlah sampel 30 pasien yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a.   Kriteria Inklusi:
1.  Semua pasien lansia penderita hipertensi yang berada di panti sosial tresna whirda Kab. Gowa
2.  Bersedia dan mengisi informed consent yang di tandatangani responden.
b.  Kriteria Ekslusi:
1.  Semua lansia yang bukan penderita hipertensi  yang berada di di panti sosial tresna whirda Kab. Gowa
2.  Tidak bersedia dan mengisi informed consent yang di tandatangani responden.
D.   Instrumen Pengumpulan Data
             Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuisoner dengan tehnik wawancara terpimpin yaitu peneliti mewawancarai responden sesuai dengan format wawancara yang telah disediakan oleh peneliti.
E.   Teknik Pengumpulan Data
            Tehnik pengumpulan data yang dilakukan antara lain:
1.    Observasi
Instrumen penelitian ini digunakan dalam pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan kunjungan langsung ke lokasi dan melakukan pengamatan secara langsung tentang masalah yang diteliti. 
2.    Kuesioner
Kuesioner yang dibuat untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi yang terdiri dari pertanyaan dengan responden memberi jawaban dan peneliti melingkari angka – angka yang sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden.
F.    Pengolahan Data
 Tehnik pengumpulan data yang dilakukan antara lain:
1.    Observasi
     Instrumen penelitian ini digunakan dalam pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan kunjungan langsung ke lokasi dan melakukan pengamatan secara langsung tentang masalah yang diteliti. 
2.    Kuesioner
     Kuesioner yang dibuat untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi yang terdiri dari pertanyaan dengan responden memberi jawaban dan peneliti melingkari angka – angka yang sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden.
G.   Etika Penelitian
1.    Informed Consent (Lembaran Persetujuan Menjadi Responden)
Lembaran persetujuan diberikan kepada responden, terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti maka diberi lembar permohonan menjadi responden (lembar satu) dan lembar persetujuan menjadi responden (lembar dua) yang harus ditandatangani, tetapi jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap akan menghormati hak-haknya.

2.    Anonymity (Tanpa Nama)
Adalah tidak memberikan nama responden pada lembar yang akan diukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. Untuk menjaga kerahasiaan informasi dari responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi dengan memberikan nomor kode pada masing-masing lembar yang dilakukan oleh peneliti sebelum lembar pengumpulan data diberikan kepada responden.
3.    Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.