FAKTOR
– FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL
TRESNA
WERDHA KABUPATEN GOWA
FAHRUDDIN IRWANSAYAH
11.1101.404
FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
TIMUR
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAAKANG
Di
era globanisasi ini terlalu banyak penyakit yang bermunculan namun penyakit sudah lama di
temukan masi menjamur diberbagai belahan dunia salah satunya hipertensi bahkan Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan
gejala-gejala terlebih dahulu sebagai
peringatan bagi korbannya.
Sampai
saat ini Menurut catatan Badan
Kesehatan Dunia WHO tahun 2011 ada satu milyar
orang di dunia menderita hipertensi dan dua per-tiga diantaranya berada di
negara berkembang yang berpenghasilan
rendah- sedang. Bila tidak
dilakukan upaya yang tepat jumlah ini akan terus meningkat, dan diprediksi pada
tahun 2025 sebanyak 29% atau 1,6 miliar orang di seluruh dunia menderita
hipertensi, sedangkan di Indonesia angka kejadian hipertensi cukup tinggi.
Menurut
data RISKESDAS KEMENKES
RI, angka kejadian hipertensi pada 5 tahun terakhir sebanyak 31.7%.
Sementara kasus hipertensi yang belum berhasil terdiagnosa juga masih sangat
tinggi yakni 76%.
Seseorang yang berusia 50 tahun
dengan tekanan darah sitolik lebih dari > 140 mmHg lebih berisiko menderita
penyakit kardiovaskular dari pada hipertensi diastolik. Risiko menderita
penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg, menambah 2 kali
pada setiap penambahan 20/10 mmHg. Seseorang yang mempunyai tekanan darah
normal pada usia 55 tahun, 90% nya berisiko menjadi hipertensi.
Menurut
data profil kesehatan kota makassar menyebutkan bahwa jumlah penderita
hipertensi di provinsi sulawesi selatan sampai
saat ini adalah 71.032. jiwa
yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota yang ada di provinsi
sulawesi selatan.
Data dari Dinas Kesehatan
Kota Makassar juga menyebutkan bahwa jumlah kasus penyakit hipertensi dalam
tiga tahun terakhir yaitu mulai pada tahun 2010 sebanyak 13.802 penderita,
kemudian pada tahun 2011 jumlah kasus hipertensi mengalami peningkatan yaitu
sebanyak 25.332, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 12.298
kasus.
Dari survai awal
yang kami lakukan dipanti sosial tresna wherda terdapat 95 lansia yang terdiri
dari 62 orang nenek dan 33 kakek namun di antara 95 lansia ini terdapat +
30 orang yang menderita hipertensi maka dari itu kami ingin mengetahui faktor –
faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia.
Karena Pada dasarnya kita ketehui bahwa ada beberapa
faktor yang dapat menimbulkan hipertensi di antaranya stress, obesitas, dan
keturunan. Dari faktor tersebut kami mendapat teori yang menyatakan sebagai
berikut :
Menurut Anggraini dkk, (2009)
menagatakan Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini
dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial,
ekonomi, dan karakteristik personal
Pada usia
pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga
mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya
berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok
lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Adanya faktor genetik pada
keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi
esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009).
Maka dari teori di atas kami berniat untuk meneliti hal tersebut di atas
demi menjawab kebingungan masyarakat indonesia khusunya sulawesi selatan dan lebih
terkhusus lagi masyarat yang ada di sekitar kami yang selama ini kebingunan
terhadap penyakit hipertensi itu sendiri.
B. Rumusan
masalah
Bedasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lansia.
C.
Tujuan penelitian
1. Tujuan
umum
Untuk
diketahui Faktor –faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada
lansia.
2. Tujuan
khusus
a. Untuk
mengetahui hubungan hubungan antara obesitas dengan terjadinya hipertensi pada lansia
b. Untuk
mengetahui hubungan antara pola makan dengan dengan terjadinya pada lansia
c. Untuk
mengetahui hubungan hubungan antara stres dengan terjadinya hipertensi pada lansia
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat
bagi akademik
Manfaat
bagi institusi yaitu hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan
pembejaran dalam teori tentang hipertensi
2. Manfaat
bagi tempat penelitian
Manfaat bagi tempat penelitian yaitu dapat di jadikan sebagai landasan dalam
memberi asuhan keperawatan
3. Manfaat
bagi peneliti
Manfaat bagi meneliti yaitu dapat menambah
pengetahuaan dalam mengembangkan wawasan hipertensi pada lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan umun tentang hipertensi pada lansia
Penyakit
pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan dewasa muda, karena penyakit
pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat
penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
1. Lansia
a.
Pengertian lansia
Menurut
UU No. 13 tahun 1998 di katakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas .(rosidawati.dll.2010)
Stanley and beare,(dalam A.Lilik ma’rifatul 2011 )
mendefenisikan lansia berdasarkan karakteristik social masyarakat yang
menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan cirri fisik seperti rambut
beruban,kerutan kulit, dan hilangnya gigi.
b.
Batasan usia lanjut
Menurut
rosisadawati.2010 berikut batasan usia lanjut
1) Pra
usia lanjut (prasenilis)
Seorang yang berusia antara 45-59 tahun
2) Usia
lanjut
Seorang yang berusia 60 tahun atau
lebih. Usia lanjut adalah tahap mas tua dalam perkembangan individu ( 60 tahun
ke atas ) sedangkan lanjut usia adalah sudah berumur atau tua.
3) Usia
lanjut resiko tinggi
Seorang yang berusia 70 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan
4) Usia
janjut potensial
Usia lanjut yang masi mampu melakukan
pekerjaa dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang jasa
5) Usia
lanjut tidak potensial
Usia
lanjut yang tidal berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergandung pada
bantuan orang lain.
Sebenarnya
tidak ada batas yang tegas pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun.
Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam
hal pencapaian puncak maupun menurunnya. Beberapa pendapat mengenai batasan
usia sebagai berikut :
Batasan Usia menurut WHO Lanjut Usia
Meliputi :
(a)
Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45
sampai 59 tahun
(b)
Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
(c) Lanjut usia
tua (old), antara 75 sampai 90 tahun
(d)Usia sangat
tua (very old), diatas 90 tahun
UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia
lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahunkeatas".
Menurut
Dra.Ny.Jos Masdani ( Psikolog UI )
Lanjut
usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi
empat bagian yaitu :
1.
Fase Iuventus : antara 25 sampai 45 tahun
2.
Fase Vertilitas : antara 40 sampai 50 tahun
3.
Fase Prasenium : antara 55 sampai 65 tahun
4.
Fase Senium : antara 65 tahun sampai dengan tutup usia
Menurut Prof.Dr. Koesmanto Setyonegoro
Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut :
1.
Usia dewasa muda ( elderly adulhood ), yaitu usia 18
sampai 25 tahun
2.
Usia dewasa penuh ( middle years ) atau maturitas,
yaitu usia 25 sampai 60 atau 65 tahun
3.
Lanjut usia ( geriatric age ), lebih dari 65 atau 75
tahun Yang dapat dibagi menjadi:
a.
Young Old : usia 70 sampai 75 tahun.
b.
Old : usia 75 sampai 80 tahun.
c.
Very Old : usia lebih dari 80 tahun.
Birren and Jenner (1997)
membedakan usia menjadi tiga yaitu :
1. Usia
Biologis; Yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada
dalam keadaan hidup dan mati.
2. Usia
Psikologis; Yang menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan
penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.
3. Usia Sosial;
Yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat
kepada seseorang sehubungan dengan usianya.
Menurut Prof.Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad
Membagi
periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut :
1.
Masa setengah umur (prasenium) : 40 sampai 60 tahun
2.
Masa lanjut usia (senium) : 65 tahun ke atas.
c. Tipe usia lanjut
Beberapa
pada usia lanjut bergantung pada kerakter
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, kondisi fisik, mental,
sosial dn ekonomi.
1) Tipe
arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman, menyuikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan memenuhi undangan dan menjadi panutan.
2) Tipe
mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang
baru, selektif, dalam mencari pekerjaan, taman bergaul dan memenuhi undangan.
3) Tipe
Tidak Puas
Komfik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkeritik
dan banyak menuntut.
4)
Tipe pasrah
Menerima dan menunggu
nasib baik, mengikuti kegiatan agama, ringan kaki, pekerjaan apa saja
dilakukan.
5)
Tipe bingun
Kaget
kehilangan kepribadian, yang mengasing diri, minder menyesal, pasif acuh tak acuh.
Tipe lain dari usia
lanjut adalah :
(a) Tipe
Optimis
(b) Tipe
kontruktif
(c) Tipe
defenden (ketergantungan)
(d) Tipe
defensif (bertahan)
(e) Tipe
militan dan serius
(f) . Tipe marah/frustasi (kecewa akibat kegagalan
dalam melakukan sesuatu)
(g) Tipe
pitus asa ( benci pada diri sendiri )
Menurut
tingkat kemandiriannya di mana dinilai dari kemampuannya untuk melakukan
aktivitas sehari – hari ( indeks kemandirian katz), para usia lanjut dapat
digolong menjadi tipe:
1. Usia
lanjut manjadi sepenuhnya.
2. Usia
lanjut mandiri dengan lansung keluarga.
3. Usia
lanjut mandiri dengan bantuan secara tidak lansung.
4. Usia
lanjut dengan bantuan badan sosial.
5. Usia
lanjut di panti werdha.
6. Usia
lanjut yang dirawat dirumah sakit.
7. Usia
lanjut dengan gangguan mental.
2. Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaaan di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada
beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa
faktor risiko yang tidak berjalan sebagai manamestinya dalam mempertahankan
tekanan darah secara normal. (ns. Andra saferi wijaya,S.kep,2013)
b. Jenis
–Jenis Hipertensi
(a. Hipertensi
idiopatik : 95% , yaitu hipertensi yang tidak di ketahui penyebabnya. Kemudian
ada predisposisi genetik yang menimbulkan perubahan –perubahan : ekskresi
natrium dan air oleh ginjal, kepekaan baroreseptor, respon vascular dan sekresi
rannin.
(b. Hipertensi
sekunder : 5% yaitu hipertensi yang lainnya timbul sekunder dari proses
penyakit lain seperti ginjal. (dr.taufan
nugroho. 2011)
c. Etiologi
Penyebab hipertensi yang sering kali menjadi
penyebab di antaranya adalah atberoclerosis ( penebalan dinding arteri yang
menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah ) keturunan bertambahnya
jumlah darah yang di pompa kejantung, penyakit ginjal kelenjar adrenalin dan
sistem saraf simpatis.(muhammadun as.2010)
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang
terjadi adalah feokrositoma yang tumor pada kelenjar adrenalion yang
menghasilkan hormon epinepbrine (adrenalin) atau norenefrin (noradrenalin) (muhammadun
as.2010)
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang
dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
(a. Elastisitas dinding aorta menurun
(b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
(c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
(d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
(e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
d. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi
dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan
gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Rohaendi, 2008).
e. Klasifikasi Hipertensi
1.
Klasifikasi hipertensi menurut
WHO (World Health Organization) dalam
Rohaendi (2008):
b. Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya kurang atau sama dengan 90 mmHg.
c. Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159 mmHg
dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg
d. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
2.
Menurut Salma Elsanti (2009),
klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari: Tekanan sistolik:
a. < 119 mmHg : Normal
b. 120-139 mmHg : Pra hipertensi
c. 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
d. > 160 mmHg : hipertensi derajat 2
Tekanan diastolic
c. < 79 mmHg : Normal
d. 80-89 mmHg : pra hipertensi
e. 90-99 mmHg : hipertensi derajat 1
f. >100mmHg : hipertensi derajat 2
Stadium 1: Hipertensi ringan
(140-159 mmHg 90-99 mmHg)
Stadium 2: Hipertensi sedang
(160-179 mmHg 100-109 mmHg)
Stadium 3: Hipertensi berat
(180-209 mmHg 110-119 mmHg)
f. Gejala Hipertensi
Hipertensi
sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Menurut anjdati soeria (2013),
sutanto,(2010)
gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu:
1. Kepala
pusing atau sakit kepela
2. Sering gelisah
3. Wajah merah
4. Tengkuk terasa pegal
5. Mudah marah
6. Telinga berdengung
7. Sukar tidur
8. Sesak napas
9. Rasa berat ditengkuk
10. Mudah lelah
11. Mata berkunang-kunang
12. Mimisan ( keluar darah dari hidung).
13. Muka pucat
14. Suhu tubuh
rendah
g. Komplikasi
1. Stroke
2. Infark
miokardium
3. Gagal
ginjal
4. Ensefalotof
3. Faktor-
faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi
Menurut
muhammadun as .2010 Ada beberapa macam yang dapat menyebabkan penyakit
hipertensi. Berikut ini ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan tekanan
darah tinggi atau hipertensi antara lain adalah :
(a. Genetis
Para pakar juga menemukan hubungan antara
riwayat keluarga penderita hipertensi ( genetik ) dengan resiko bagi orang yang
menderita penyakit ini
(b. Umur
Penyebaran hipertensi menurut golongan umur
telah terdapat kesepakatan dari para peneliti di indonesia. Disimpulkan bahwa
prevalansi hipertensi akan meningkat
dengan bertambahnya umur
Sebagai gambaran salah satu hasil
penelitian tentang penyebaran menurut umur
Frekuensi hipertensi menurut golongan umur
No.
|
Golongan
umur ( tahun)
|
Frevalansi(%)
|
1
|
20-29
|
6.10
|
2
|
30-39
|
6,70
|
3
|
40-49
|
10,10
|
4
|
50-59
|
10,20
|
5
|
Di atas 60
|
13,00
|
6
|
Seluruh umur
|
8,60
|
a. Jenis
kelamin
Hasil survai kesehatan rumah tangga
menunjukkan bahwa prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di
indonesia cukup tinggi 83 per 1.000 anggota rumah tangga . pada umumnya pria lebih banyak yang
menderita hipertensi di bandingkan dengan perempuan. Wanita > pria pada usia
>50 tahun peria >pada usia < 50 tahun
b. Pekerjaan
Stress pada pekerjaan cenderung
menyebabkan terjadinya hipertensi berat pria yang mengalami tekanan dalam
pekerjaan akan mengalami akan mengalami tekanan darah tinggi pada saat jam
kerjanya di bandingkan dengan rekan kerjanya yang jabatannya lebih longgar
tanggung jawabnya.
Adapun
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang
mempengaruhi hipertensi yang dapat atau
tidak dapat dikontrol, antara lain:
1. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya
hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit
kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan
adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon
estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami,
yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita
sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
Hipertensi lebih banyak
terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak
menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah
wanita. Hal ini sering dikaitkan
dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang
berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus.
Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu
dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus
, hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering
terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan
hormon sesudah menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan
arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari
berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan
kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau
kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan
enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi.
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai
risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat
hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009).
2.
Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:
a. Obesitas
Pada usia
pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga
mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya
berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia
karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat dilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian
disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Berat Badan (kg)
IMT = ------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obesita 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya
normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan
lebih.
b. Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi
terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena
adanya kondisi tertentu.
Kurangnya
aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko
untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak
jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar
pula kekuaan yang mendesak arteri. Latihan
fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat
untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi,
jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban
waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan
wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik
dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor
penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi, 2008).
c. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort
prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts
terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51%
subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14
batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari.
Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam
penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan
kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
d. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. (Wolff, 2008).
e. Minum alcohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan
organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan
termasuk salah satu faktor resiko
hipertensi (Marliani, 2007).
f. Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75
– 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan
tekanan darah 5 -10 mmHg.
g. Stress
Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress akan meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan,
kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal
B. Karangka
konsep
1.
Bagan kerangka konsep
Berdasarkan
uraian dari tinjauan pustaka tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
terjadinya hipertensi pada lansia maka kami gambarka karangka konsep sebagia
berikut :
|
|
|||||
![]() |
Keterangan
:




Variabel
Penelitian
a.
Variabel Dependen
1) Stress
2) Keturunan (Genetik)
3) Obesitas
b.
Variabel Independen
Hipertensi Pada Lansia
2. Hipotesis
a. Hipotesis
nol (Ho)
1) Tidak
ada hubungan Stres terhadap terjadinya hipertensi pada lansia
2) Tidak
ada hubungun keturunan (genetik) terhadap terjadinya hipertensi pada
lansia
3) Tidak
ada hubungun obositas terhadap
terjadinya hipertensi pada lansia
b. Hipotesis
Alternatif (Ha)
1) ada
hubungan Stres terhadap terjadinya hipertensi pada lansia
2) ada
hubungun keturunan (genetik) terhadap
terjadinya hipertensi pada lansia
3) Tidak
ada hubungun obositas terhadap
terjadinya hipertensi pada lansia
3. Definisi
Operasional
a. Stress
dalam penelitian ini adalah mekanisme koping lansia terhadap beban kehidupan
yang di hadapi (masalah)
Criteria objektif :
1. Stress
: Jika lansia tidak dapat mengontrol mekanisme koping dalam dirinya.
2.
Tidak stress : jika lansia dapat mengontrol mekanisme koping
dalam dirinya.
b. Keturunan (Genetik) dalam
penelitian ini adalah riwayat penyakit yang pernah di derita oleh anggota
keluarga sebelumnya khususnya hipertensi
Criteria objektif :
1. Ada : Jika
lansia memiliki anggota keluarga terdahu menderita hipertensi.
2. Tidak
ada : Jika
lansia tidak memiliki anggota keluarga
terdahu menderita hipertensi.
c. Obesitas dalam penelitian ini adalah orang yang berat badan rendah, ideal dan
obesitas yang mana yang lebih berisiko
terkena hipertensi
Kriteria Objektif
1. Obesitas
: Jika responeden memiliki IMT ≤
2. Tidak
obesitas: jika
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Rancangan
/ desaian penelitian
Berdasarkan tujuan
penelitian maka rancang bangun penelitian ini menggunakan metode penelitian
yang bersifatsurvai analitik, yaitu suatu penelitian yang mencoba mengetahui
mengapa masalah kesehatan tersebut bisa terjadi, kemudian melakukan analisis
hubungan antara faktor risiko (faktor yang mempenagruhi efek ) dengan faktor
efek ( faktor yang di pengaruhi oleh resiko ).Agus Riyanto(2011)
Berdasarkan pelaksanaannya maka rancang
bangun penelitiannya dengan menggunakan jenis survey analitik, yaitu
penelitian yang mengambil sample dari
suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan datanya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross sectional,
yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor resiko
(independen) dengan faktor efek ( defenden ) dimana melakukan obserpasi atau
pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama. Agus
Riyanto(2011)
B. Lokasi
dan waktu
1. Lokasi
Penelitian
ini di lakukan di panti sosial tersna werda Kab. Gowa
2. Waktu
Penelitian
ini akan di laksanakan pada tanggal 07 Mei 2015
C. Populasi
dan teknik penaganbilan sample
1. Populasi
Populasi dalam penelitan ini adalah semua
lansia yang menderita hipertensi di panti sosial tresna werda. Kab. Gowa
2. Sample
pengambilan sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah
semua lansia menderita hipertensi dan
berada dalam panti sosial tresna whirda pada saat itu. Untuk meminimalkan
kesalahan dalam pengambilan sampel maka kami menggunakan teknik accidental
sampling yaitu metode pengambilan sampel dengan memilih siapa yang
kebetulan di jumpai pada saat penelitian berlangsung di panti sosial tresna
werda. Kab. Gowa. dengan jumlah sampel 30 pasien yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Kriteria Inklusi:
1. Semua
pasien lansia penderita hipertensi yang berada di panti sosial tresna whirda
Kab. Gowa
2. Bersedia
dan mengisi informed consent yang di tandatangani responden.
b. Kriteria
Ekslusi:
1. Semua
lansia yang bukan penderita hipertensi yang berada di di panti sosial tresna whirda
Kab. Gowa
2. Tidak
bersedia dan mengisi informed consent yang di tandatangani responden.
D.
Instrumen Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuisoner
dengan tehnik wawancara terpimpin yaitu peneliti mewawancarai responden sesuai
dengan format wawancara yang telah disediakan oleh peneliti.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Tehnik
pengumpulan data yang dilakukan antara lain:
1. Observasi
Instrumen penelitian ini
digunakan dalam pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan kunjungan
langsung ke lokasi dan melakukan pengamatan secara langsung tentang masalah
yang diteliti.
2. Kuesioner
Kuesioner yang dibuat untuk mengetahui
faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi yang terdiri dari
pertanyaan dengan responden memberi jawaban dan peneliti melingkari angka –
angka yang sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden.
F. Pengolahan
Data
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan antara
lain:
1. Observasi
Instrumen
penelitian ini digunakan dalam pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan
kunjungan langsung ke lokasi dan melakukan pengamatan secara langsung tentang
masalah yang diteliti.
2. Kuesioner
Kuesioner
yang dibuat untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
yang terdiri dari pertanyaan dengan responden memberi jawaban dan peneliti
melingkari angka – angka yang sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh
responden.
G. Etika
Penelitian
1. Informed Consent (Lembaran
Persetujuan Menjadi Responden)
Lembaran persetujuan
diberikan kepada responden, terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan
maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin
terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti
maka diberi lembar permohonan menjadi responden (lembar satu) dan lembar
persetujuan menjadi responden (lembar dua) yang harus ditandatangani, tetapi
jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap akan menghormati hak-haknya.
2. Anonymity (Tanpa
Nama)
Adalah tidak memberikan
nama responden pada lembar yang akan diukur, hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data. Untuk menjaga kerahasiaan informasi dari responden, peneliti
tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi
dengan memberikan nomor kode pada masing-masing lembar yang dilakukan oleh
peneliti sebelum lembar pengumpulan data diberikan kepada responden.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan
etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset.
hasil riset saudara,sangat membsntu saya
BalasHapus