Jumat, 18 September 2015

skripsi


SKRIPSI

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN

DI PUSKESMAS BATUA
MAKASSAR 








FAHRUDDIN IRWANSYAH
11.1101.4O4





PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2015














ABSTRAK



FAHRUDDIN IRWANSYAH. faktor – faktor yang berhubungan dangan terjadinya hipertensi pada pasien di Puskesmas Batua Makassar. (Di  bimbing oleh Sumira)

Hipertensi adalah suatu keadaaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagai manamestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan minum kopi, keturunan dan obesitas dengan  kejadian hipertensi.
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Batua Makassar pada tanggal 27 Mei – 27 Juni 2015. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai analitik  dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 30. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik  Accidental Sampling yaitu pengambilan sampel secara kebetulan yakni responden yang berkunjung pada saat penelitian berlangsung, dengan metode pengumpulan data yaitu dengan menggunakan kuesioner dan wawancara terpimpin. Pengolahan data dengan fasilitas SPSS versi 21 dengan tingkat kemaknaan yang digunakan p<0,05, dengan menggunakan uji statistik Chi Square dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan minum kopi dengan kejadian hipertensi  dengan nilai P = 0,02., keturunan dengan kejadian hipertensi  dengan nilai P = 0,035, obesitas dengan kejadian hipertensi  dengan nilai P = 0,01. Pola makan yang kurang sehat dan Aktivitas fisik yang kurang dapat beresiko terhadap kejadian hipertensi. Untuk menurunkan kejadian hipertensi  perlu dilakukan pengendalian faktor resiko terjadinya hipertensi. Seperti meningkatkan atau memberikan pendidikan atau penyuluhan kesetahan tentang hipertensi kepada masyarakat. Dan menginformasi tentang hubungan minum kopi, keturunan, dan obesitas dengan kejadian hipertensi agar penderita hipertensi dapat mengontrol pola makan dan aktivitasnya agar hidup yang lebih sehat.

Kata kunci : minum kopi, keturunan, obesitas dan hipertensi

 


 
BAB I




PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
     Di era globalisasi ini terlalu banyak penyakit yang  bermunculan namun penyakit sudah lama di temukan masi menjamur diberbagai belahan dunia salah satunya hipertensi bahkan Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejala terlebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.
     pada tahun 2011 ada satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan dua per-tiga diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan  rendah- sedang.  Bila tidak dilakukan upaya yang tepat jumlah ini akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% atau 1,6 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi, sedangkan di Indonesia angka kejadian hipertensi cukup tinggi. (world helth organization)
angka kejadian hipertensi pada 5 tahun terakhir sebanyak 31.7%. Sementara kasus hipertensi yang belum berhasil terdiagnosa juga masih sangat tinggi yakni 76%. (RISKESDAS KEMENKES RI)

1
 
Seseorang yang berusia 50 tahun dengan tekanan darah sitolik lebih dari > 140 mmHg lebih berisiko menderita penyakit kardiovaskular dari pada hipertensi diastolik. Risiko menderita penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg, menambah 2 kali pada setiap penambahan 20/10 mmHg. Seseorang yang mempunyai tekanan darah normal pada usia 55 tahun, 90% nya berisiko menjadi hipertensi.
            Jumlah penderita hipertensi di provinsi sulawesi selatan sampai saat ini adalah 71.032.  jiwa  yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota yang ada di provinsi sulawesi selatan. (profil kesehatan kota makassar)
            kasus penyakit hipertensi dalam tiga tahun terakhir yaitu mulai pada tahun 2010 sebanyak 13.802 penderita, kemudian pada tahun 2011 jumlah kasus hipertensi mengalami peningkatan yaitu sebanyak 25.332, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 12.298 kasus. (Dinas Kesehatan Kota Makassar)
Pada tahun 2012 tercatat 1653 penderita hipertensi dan pada tahun 2013 tercatat 1798 penderita hipertensi sedangkan pada tahun 2014 tercatat 1994 penderita hipertensi. Angka yang cukup banyak dan mengalami peningkatan di tiap tahunnya  berdasarkan data inilah yang menjadi salah satu indikator yang membuat kami ingin meneliti mengenai faktor penyebab hipertensi. (puskesmas batua)
Karena Pada dasarnya kita ketehui bahwa ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipertensi di antaranya Minum Kopi , Obesitas, stres, Keturunan, jenis kelamin, usia, asupan garam berlebih, kebiasan merokok, gaya hidup yang kurang sehat, obat – obatan. Dan akibat penyakit lainnya.
Berdasarkan beberapa faktor di atas kami berniat untuk meneliti beberapa faktor tersebut di atas demi menjawab kebingungan masyarakat indonesia khusunya sulawesi selatan dan lebih terkhusus lagi masyarat yang ada di sekitar kami yang selama ini kebingunan terhadap penyakit hipertensi itu sendiri.
B.   Rumusan masalah
     Bedasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya hipertensi ?
C.   Tujuan penelitian
1.  Tujuan umum
       Diketahui faktor –faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
2.  Tujuan khusus
a)    Diketahui hubungan antara minum kopi dengan terjadinya hipertensi.
b)    Diketahui hubungan antara obesitas dengan terjadinya hipertensi.
c)    Diketahui hubungan antara genetik dengan terjadinya hipertensi.
D.   Manfaat Penelitian
1.  Manfaat bagi akademik
       Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi institusi yaitu hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan pembejaran dalam teori tentang hipertensi
2.  Manfaat bagi tempat penelitian
       Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi tempat penelitian  yaitu dapat di jadikan sebagai landasan dalam memberi asuhan keperawatan
3.  Manfaat bagi peneliti
       Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat  bagi peneliti yaitu dapat menambah pengetahuan dalam mengembangkan wawasan tenteng hipertensi.




















 
BAB II


TINJAUAN PUSTAKA


A.   Tinjauan umun tentang  hipertensi
1.  Hipertensi
a.  Pengertian Hipertensi
           WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 160/95 mmHg. Sedangkan menurut  Prof.Dr.dr.Budhi Setianto (Depkes,2008), yang menyatakan bahwa  hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab timbulnya penyakit berat seperti serangan jantung, gagal ginjal, dan stroke. Pola makan masyarakat  Indonesia yang sangat menyukai berlemak dan yang berasa asin atau gurih, terutama makanan cepat saji yang memicu timbulnya kolesterol tinggi. Kolesterol tinggi sering dianggap sebagai penyebab utama penyakit hipertensi di samping karena adanya faktor keturunan (Susilo dkk, 2010).

5
 
          Hipertensi adalah suatu keadaaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagai manamestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. (ns. Andra saferi wijaya,S.kep,2013)
b.  Penyebab hipertensi
          Penyebab hipertensi yang sering kali menjadi penyebab di antaranya adalah atberoclerosis (penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah) keturunan bertambahnya jumlah darah yang di pompa kejantung, penyakit ginjal kelenjar adrenalin dan sistem saraf simpatis.( muhammadun as.2010)
          Penyebab hipertensi lainnya yang jarang terjadi adalah feokrositoma yang tumor pada kelenjar adrenalion yang menghasilkan hormon epinepbrine (adrenalin) atau norenefrin (noradrenalin)
   Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
1)     Elastisitas dinding aorta menurun
2)     Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3)     Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4)     Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5)     Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

c.   Faktor- faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi
          Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi  yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
1)  Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikontrol
a)    Jenis kelamin
       Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.  Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009). 
       Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
b)    Umur
       Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.
       Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
       Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi.
c)  Keturunan (Genetik)
       Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu  akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. (Anggraini dkk, 2009).
2)  Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol
a)    Obesitas
        Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
        Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat dilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
                                       Berat Badan (kg)
        IMT = ------------------------------------------------
                    Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
        IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obesita 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.
(1)   Berat Badan Kurang » IMT/BMI Kurang Dari 18,5
(2)    Berat Badan Normal » IMT/BMI 18,5 - 22,9
(3)    Berat Badan Lebih » IMT/BMI Lebih Dari 23
(4)   Berat Badan Pra Obesitas » IMT/BMI 23 - 24,9
(5)   Berat Badan Obesitas I » IMT/BMI 25 - 29,9
(6)   Berat Badan Obesitas II » IMT/BMI Lebih Dari 30
b)    Kurang olahraga
        Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
        Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi, 2008).
c)    Kebiasaan Merokok
        Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007)
d)    Mengkonsumsi garam berlebih
        Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).
e)    Minum alcohol
        Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu  faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
f)     Minum kopi
        Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6.9 (larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan denyut jantung tak berarturan (tachycardia).

        Kafein mengikat pada reseptor pada permukaan sel-sel otot jantung, yang menyebabkan peningkatan tingkat cAMP dalam sel (dengan memblokir enzim yang mendegradasi cAMP), meniru efek dari epinefrin (yang mengikat ke reseptor pada sel yang mengaktifkan cAMP produksi). cAMP bertindak sebagai "utusan kedua," dan mengaktifkan sejumlah besar protein kinase A (PKA; cAMP-dependent protein kinase). Hal ini memiliki efek keseluruhan meningkatkan laju glikolisis dan meningkatkan jumlah ATP yang tersedia untuk kontraksi otot dan relaksasi Dengan meningkatnya aktivitas otot termasuk otot jantung menyebabkan jantung memompa darah lebih cepat dan darah yang keluar dari jantung menuju ke seluruh tubuh akan mempunyai tekanan yang tinggi. Tetapi apa bila kafein dalam tubuh telah habis kadarnya dalam tubuh jantung akan kembali normal. 
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari punya tekanan darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak mengonsumsi sama sekali.
        Konsumsi kopi lebih dari dua cangkir (200-250 mg kafein) terbukti meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg pada orang yang tidak punya hipertensi.
        Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
        Kafein dapat membuat pembuluh darah menyempit yang diakibatkan karena efek kafein yang memblokir adenosin yaitu hormon yang menjaga agar pembuluh darah tetap lebar. Kafein juga merangsang kelenjar adrenal untuk melepas lebih banyak kortisol dan adrenalin.
g)    Stress
        Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal. Menurut Anggraini dkk, (2009)
          Berikut ini ada beberapa faktor  yang dapat menimbulkan tekanan darah tinggi atau hipertensi antara lain adalah :
1.    Genetik
    Para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi ( genetik ) dengan resiko bagi orang yang menderita penyakit ini .
    Jika anda adalah orang yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer ( esensial ) dan tidak melakukan penanganan dan pengobatan maka ada kemungkinan lingkungan anda akan menyebabkan hipertensi dalam waktu sekitar 30-an tahun maka akan muncul tanda- tanda dan gejala hipertensi dengan berbagai komlikasi.
    10 orang pendrita hipertensi, 90 % di antaranya terjadi karena memiliki bakat atau gen yang membawa munculnya hipertensi. Meski demikian gen tersebut dapat menjadikan anda sebagai penderita hipertensi karena ada faktor pemicu eksternal lain.
2.    Umur
        Penyebaran hipertensi menurut golongan umur telah terdapat kesepakatan dari para peneliti di indonesia. Disimpulkan bahwa prevalansi  hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur
        Sebagai gambaran salah satu hasil penelitian tentang penyebaran menurut umur
Frekuensi  hipertensi menurut golongan umur
No.
Golongan umur ( tahun)
Frevalansi(%)
1
20-29                                       
6.10
2
30-39
6,70
3
40-49
10,10
4
50-59
10,20
5
Di atas 60
13,00
6
Seluruh umur
8,60
3.    Jenis kelamin
          Hasil survai kesehatan rumah tangga menunjukkan bahwa prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di indonesia cukup tinggi 83 per 1.000 anggota rumah  tangga . pada umumnya pria lebih banyak yang menderita hipertensi di bandingkan dengan perempuan.
4.    Pekerjaan
         Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi berat pria yang mengalami tekanan dalam pekerjaan akan mengalami akan mengalami tekanan darah tinggi pada saat jam kerjanya di bandingkan dengan rekan kerjanya yang jabatannya lebih longgar tanggung jawabnya. (muhammadun as .2010)
d.  Jenis –Jenis Hipertensi
1.    Hipertensi idiopatik : 95% , yaitu hipertensi yang tidak di ketahui penyebabnya. Kemudian ada predisposisi genetik yang menimbulkan perubahan –perubahan : ekskresi natrium dan air oleh ginjal, kepekaan baroreseptor, respon vascular dan sekresi rannin.
2.    Hipertensi sekunder : 5% yaitu hipertensi yang lainnya timbul sekunder dari proses penyakit lain seperti  ginjal. (dr.taufan nugroho. 2011)
3.    Hipertensi maligna
         Hipertensi maligna adalah  tipe hipertensi berat yang berkembang secara progresif seseorang dengan hipertensi laligna biasanya memiliki gejala – gejala morning headahces penglitan kabur, dan  sesak napas atau dispnea  atau gejala uremia tekanan darah distolik lebih dari 115 mmhg dengan rentang tekanan diastolik antara 130 – 170 mmhg hipertensi maligna meningkatkan resiko gagal ginjal, gagal jantung kiri dan stroke. (wajan juni udjianti.2011)
e.  Patofisiologi
          Mekanisme  yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas  mengapa hal tersebut bisa terjadi.
          Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
          Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Rohaendi, 2008).
f.    Klasifikasi Hipertensi
1.    Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dalam Rohaendi (2008):
a)  Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik  kurang atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastoliknya kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b)  Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg
c)  Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
2.    Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari: Tekanan sistolik:
a)  < 119 mmHg : Normal
b)  120-139 mmHg : Pra hipertensi
c)  140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
d)  > 160 mmHg : hipertensi derajat 2
Tekanan diastolic
a)    < 79 mmHg : Normal
b)    80-89 mmHg : pra hipertensi
c)    90-99 mmHg : hipertensi derajat 1
d)    >100mmHg : hipertensi derajat 2
Stadium 1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99 mmHg)
Stadium 2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg 100-109 mmHg)
Stadium 3: Hipertensi berat (180-209 mmHg 110-119 mmHg)
g.  Gejala Hipertensi
   Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Menurut  anjdati soeria (2013), sutanto,(2010)
   gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu:
1.   Kepala pusing atau sakit kepela
2.  Sering gelisah
3.  Wajah merah
4.  Tengkuk terasa pegal
5.    Mudah marah
6.  Telinga berdengung
7.  Sukar tidur
8.   Sesak napas
9.  Rasa berat ditengkuk
10. Mudah lelah
11. Mata berkunang-kunang
12. Mimisan ( keluar darah dari hidung).
13. Muka pucat
14. Suhu tubuh rendah
h.  Bahaya hipertensi
          Menurut yunita indah presetyanigrum  (2014) tekanan darah yang tinggi sangat berbahaya karena memperberat kerja organ jantung.selain itu aliran tekanan darah tinggi membahayakan arteri, organ jantung, ginjal dan mata.
          Apabila tekanan darah anda selalu tinggi maka dapat menimbulkan kerusakan beberapa organ tubuh. Tekanan darah tinggi dalam jangka wsaktu lama dapat menyebabkan beberapa kejadian sebagai berikut :
1.    Kerusakan jantung, yaitu jantung tidak dapat memompa darah dalam jumlah cukup kedalam tubuh
2.    Terbentuknya benjolan abnormal pada dinding arteri yang membawa darah dari jantung ke organ tubuh sehingga aliran darah menjadi tidak lancar.
3.    Pembulu darah di ginjal menyempit sehingga mengakibatkan kerusakan ginjal.
4.    Penyempitan pembuluh arteri di beberapa bagian tubuh sehingga mengurangi aliran darah kejantung, otak,  ginjal dan lutut.
5.    Pecahnya pembuluh darah di mata.
i.      Komplikasi
          Menurut sutanto 2010 mengklasifakasikan hipertensi sebagai berikut :
1.    Stroke
       Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri – arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal,sehingga alaliran darah ke daerah – dareh yang diperdarahinya menjadi kurang, arteri - arteri otak mengalami arterosklerosis dapat melemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya anuerisma.
2.    Infark miokardium
       Dapat juga terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang mengalami ateroskloretik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang dapat menhambat alirang darah melalui pembulu tersebut.  Kerena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebututuhan oksigen miokardium tidak dapat dipemenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark
3.    Gagal ginjal
       Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusan progresif akibat tekana darah tinggi pada kapiler – kapiler glomerolus. Denga rusaknya glomerolus darah akan mengalir ke unit – unit fungsional ginjal neurong akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.
4.    Ensefalopati
       Ensefalopati ( Kerusakan otak ) dapat terjadi terutama pada hipertensi malgna (hipertensi yang meningkat cepat ). Tekanan yang sangat tinggi menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam intertisium di seluru susunan saraf pusat  akibatnya neoron – neuron di sekitarnya menjadi kolaps dan terjadi koma serta kematian. 
2.  Tinjauan Tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi
a.  Minum kopi
          Kopi merupakan minuman yang sangat banyak di komsumsi dan sering di kaitkan dengan kelainan kesehatan dan berbagai penyakit. Kopi banyak mengandung molukul zat yang berbeda antaranya kafein.
          Kafein merupakan alkaloid xantin yang  ditemukan pada tahun 1819, oleh seorang ahli kimia Jerman bernama  Friedrich Ferdinand Runge. Hal ini dianggap sebagai obat perangsang psikoaktif, karena akan mengaktifkan sistem saraf pusat. Obat-obatan psikoaktif berpengaruh untuk membawa perubahan kesadaran, suasana hati atau perilaku seseorang.
          Kafein merupakan senyawa xantin alami yang dapat ditemukan dalam teh, kopi,  kacang dan banyak tanaman lain. Kandungan ini terkenal untuk merangsang  otak dan meningkatkan kewaspadaan mental, di sisi lain banyak penelitian yang menunjukkan pengaruhnya pada tekanan darah
          Selain efeknya yang dapat merangsang aktivitas otak, kafein telah menjadi subyek banyak penelitian. Telah ditemukan oleh banyak penelitian bahwa kafein menyebabkan peningkatan pada tekanan darah. Sebuah hormon yang disebut adenosin, membantu melebarkan pembuluh darah karena pengaruh kafein
          Beberapa studi menunjukkan bahwa orang yang minum kopi berkafein secara teratur rata-rata memiliki tekanan darah tinggi daripada mereka yang tidak meminum sama sekali. Kafein juga mampu mendorong kelenjar hipofisis untuk merangsang kelenjar adrenal dan menghasilkan hormon adrenalin. Peningkatan dalam sekresi adrenalin dapat meningkatkan tekanan darah
          Sebuah temuan menarik dari penelitian terbaru adalah adanya perbedaan besar mengenai pengaruh kafein pada pria dan wanita. Pada pria, hal ini dapat meningkatkan tekanan darah karena efek konstriktif pada pembuluh darah. Ini juga terkait dengan peningkatan resistensi pembuluh darah ke aliran darah. Di sisi lain, pada wanita hal itu menaikkan tingkat tekanan darah dengan meningkatkan aktivitas jantung, yang akan meningkatkan sirkulasi darah.
b.  Keturunan
          Apabila riwayat hiperensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaaan terjadinya hipertensi primer pada seseorang cukup besar hal ini terjadi karena pewarisan sifat melalui gen. Pengaruh genetika ini juga terjadi pada anak kembar dari satu sel telur. Jika dari satu anak kembar tersebut adalah penderita hipertensi maka akan di alami pula pada anak kembar lain. Faktor keturunan dapat menyebabkan tekana darah tinggi.
          Menurut sebagian ahli kesehatan sebagian besar kasus hipertensi saat ini di pengaruhi oleh faktor keturunan faktor keturunan memang memiliki peran yag besar terhadap hipertensi.hal tersebut terbukti dengan di temukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot (kembar berasal dari satu sel telur ) di banding heterozigot ( berasal dari sel yang berbeda)
          Jika anda adalah orang yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer ( esensial ) dan tidak melakukan penanganan dan pengobatan maka ada kemungkinan lingkungan anda akan menyebabkan hipertensi dalam waktu sekitar 30-an tahun maka akan muncul tanda- tanda dan gejala hipertensi dengan berbagai komlikasi.
          Dari 10 orang pendrita hipertensi, 90 % di antaranya terjadi karena memiliki bakat atau gen yang membawa munculnya hipertensi. Meski demikian gen tersebut dapat menjadikan anda sebagai penderita hipertensi karena ada faktor pemicu eksternal lain.
c.   Obesitas
1)    Pengertian obesiatas
          Obesitas adalah keadaan dimana seseorang berat badan yang lebih berat di banding dengan barat badan idealnya yang di sebabkan oleh penumpukan lemak di tubuhnya. Obesitas atau yang biasa di sebut kegemukan merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan masalah.
2)    Penyebab obesitan
         Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkomsumsi kalori lebih banyak dari yang di perlukan tubuh. Meskipun penyebab obesitas belum di ketahui, namun faktor resiko yang berperang terjadinya obesitas yaitu  :
1)    faktor genetik
2)    faktor lingkungan
3)    faktor psikososial
4)    faktor kesehatan
5)    faktor perkembangan
6)    aktivitas fisik



3)    dampak obesitas
         obesitas secara lansung membahayakan kesehatan seseorang obesitas meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit manahun anatara lain sebagai berikut :
1.  diabetes tipe 2
2.  tekanan darah tinggi
3.  stroke
4.  serangan jantung
5.  gagal jantung
6.  kanker ( kanker prostat, kanker usus besar
7.  batu kantung empedu dan batu kantung kemih
8.  gout da arthritis
9.  osteoporosis
10.   tidur apneu (kegagalan bernafas normal saat tidur )
11.   sidroma picwickian (obesitas di sertai wajah kemerahan, underventilasi, dan nguntuk )
B.  Karangka konsep
1.    Bagan kerangka konsep
            Berdasarkan uraian dari tinjauan pustaka tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi maka kami gambarkan karangka konsep sebagia berikut :











Variabel Independen
 


Variabel Dependen
 


 















Keterangan :
                                      :    variabel yang diteliti
                                      :    variabel yang tidak diteliti

Variabel Penelitian
a.         Variabel Dependen
1)  Minum Kopi
2)  Obesitas
3)  Keturunan (Genetik)
b.      Variabel Independen
 Hipertensi
2.      Hipotesis
a.  Hipotesis nol (Ho)
1)  Tidak ada hubungan minum kopi terhadap terjadinya hipertensi.
2)  Tidak ada hubungun obositas terhadap terjadinya hipertensi.
3)  Tidak ada hubungun keturunan (genetik) terhadap terjadinya hipertensi
b.  Hipotesis Alternatif (Ha)
1)  ada hubungan minum kopi terhadap terjadinya hipertensi
2)  ada hubungun obositas terhadap terjadinya hipertensi
3)  ada hubungun keturunan (genetik)  terhadap terjadinya hipertensi.
3.    Definisi Operasional
a.    Minum Kopi dalam penelitian ini adalah orang yang gemar mengkomsumsi kopi terus menerus.
Kriteria objektif    :
Minum kopi             :     Jika seseorang  secara rutin minum  kopi > 2 cankir  perhari.
Tidak minum kopi   :     jika seseorang hanya minum kopi sekali – kali.
b.     Keturunan (Genetik) dalam penelitian ini adalah riwayat penyakit yang pernah di derita oleh anggota keluarga sebelumnya khususnya hipertensi
        Kriteria objektif :
Ada                    : Jika seseorang memiliki anggota keluarga terdahulu menderita hipertensi.
Tidak ada         :Jika seseorang tidak memiliki anggota keluarga terdahulu menderita hipertensi.
c.   Obesitas  dalam penelitian ini adalah  seseorang yang berat badannya di atas normal menurut pengukuran IMT.
Kriteria Objektif
Obesitas                    : Jika seseorang memiliki IMT ≥ 23,0 
Tidak obesitas          : jika seseorang memiliki IMT 18,5 – 22,9          
d.    Hipertensi dalam penelitian ini adalah seseorang yang memiliki tekanan darah di atas normal.
Menderita                             : jika seseorang terdiagnosa hipertensi   oleh dokter
Tidak menderita                   : jika seseorang tidak terdiagnosa hipertensi oleh  dokter






 
BAB III


METODE PENELITIAN


A.   Rancangan / desaian penelitian
           
            Berdasarkan tujuan penelitian maka rancang bangun penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat survai analitik dan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian yang mencari hubungan antara faktor resiko (indefenden) dengan faktor efek (defenden) dimana dilakukan obserpasi sekaligus dengan atau pengukuran variabel pada waktu bersamaan.agus riyanto(2011)
B.   Lokasi dan waktu
1.    Lokasi
  Penelitian ini di lakukan di Puskesmas Batua Makassar
2.    Waktu
  Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 27 Mei – 27 juni 2015
C.   Populasi dan teknik penaganbilan sample
1.    Populasi
     Populasi dalam penelitan ini adalah semua pasien yang datang berobat di Puskesmas Batua Makassar.
2.    Sample

32
 
     Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien yang  pada saat itu datang berobat di Puskesmas Batua Makassar. Dan untuk meminimalkan kesalahan dalam pengambilan sampel maka kami menggunakan teknik accidental sampling dengan target sampel 30  kriteria sebagai berikut:
a.   Kriteria Inklusi:
1.    Pasien yang datang berobat di Puskesmas Batua Makassar
2.    Pasien yang berumur ≥ 40 tahun
3.    Bersedia menjadi responden.
b.  Kriteria Ekslusi:
1.    Pasien yang tadak dapat berkomunikasi
2.    Tidak bersedia menjadi responden.
D.   Instrumen Pengumpulan Data
            Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuisoner dengan skala gutman  yaitu : ya bernilai 1 dan tidak bernilai 0. Dan peneliti  memimpin lansung responden dalam pengisian kuisoner  sesuai dengan format kuisoner yang telah disediakan oleh peneliti.
E.   Teknik Pengumpulan Data
1.  data primer
Data pimer adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat aktual terjadinya peristiwa (Nursalam, 2013). Data primer diperoleh dengan cara memberikan kuesioner secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun.


2.  Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada (Nursalam, 2013). Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini yaitu,  Puskesmas Batua Raya Makassar.
F.    Pengolahan Data
            Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi kuesioner yang disediakan), selanjutnya menggunakan bantuan program SPSS  versi 20.0, dengan urutan sebagai berikut :  
1.    Editing
     Melakukan pemeriksaan kelengkapan data dan memastikan kelengakapan jawaban, tulisan, jawaban relevan engan pertanyaan dan kesesuaian antara  beberapa pertanyaan dengan jawaban. Penelitian melakukan pemeriksaan terhadap semua item pertanyaan yang telah diisi.
2.    Coding
     Setelah memeriksa kelengkapan data selanjutnya peneliti melakukan coding  yaitu memberi kode dengan mengubah data yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka untuk memudahkan dalam analisis data.
3.    Tabulating
   Peneliti melakukan tabulasi untuk mengolompokkan data berdasarkan kategori yang telah ditentukan oleh peneliti.
4.    Entry
   Memasukkan data dari kuesioner yang sudah lengkap dan telah diberikan kode ke alam program komputer.
5.    Cleaning
   Setelah data dimasukkan dalam program komputer, selanjutnya peneliti melakukan cleaning yaitu memeriksa kembali data yang sudah di-entry untuk mengetahui kemungkinan adanya data yang masih salah atau tidak lengkap sebelum dilakukan analisis.
G.   Analisa Data
1.     Analisis univariat
          Analisis univariat (analisis persentase) yaitu analisis yang digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi responden serta menggambarkan variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).
2.    Analisis bivariat : di lakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen  dengan variabel dependen dalam analisis ini uji statistik yang digunakan adalah uji chi square. (Riyanto, 2011).
      Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini digunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan (α : 0,05), untuk mengetahui adanya hubungan antar variabel yang terikat dan bebas.
H.   Etika Penelitian
1.    Informed Consent (Lembaran Persetujuan Menjadi Responden)
Lembaran persetujuan diberikan kepada responden, terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti maka diberi lembar permohonan menjadi responden (lembar satu) dan lembar persetujuan menjadi responden (lembar dua) yang harus ditandatangani, tetapi jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap akan menghormati hak-haknya.
2.    Anonymity (Tanpa Nama)
Adalah tidak memberikan nama responden pada lembar yang akan diukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. Untuk menjaga kerahasiaan informasi dari responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi dengan memberikan nomor kode pada masing-masing lembar yang dilakukan oleh peneliti sebelum lembar pengumpulan data diberikan kepada responden.
3.    Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

 





BAB IV


HASIL DAN PEMBAHASAN


A.  HASIL
 Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan Di Puskesmas Batua Makassar, Penelitian dilakukan selama 1 bulan yaitu dari tanggal 27  Mei sampai dengan 27 Juni 2015. Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang berkunjung ke  Puskesmas batua  Makassar. Sampel yang diteliti sebanyak 30 pasien dimana sampel tersebut semuanya memenuhi kriteria yang telah ditentukan dalam kriteria inklusi. 
Berdasarkan hasil pengolahan data maka berikut ini akan disajikan analisis univariat dan analisis bivariat.
1.  Analisis Univariat
       Analisis Univariat pada penelitian ini untuk melihat distribusi, frekuensi dari data demografi  responden yaitu : umur, jenis kelamin, pekerjaan dan Variabel Independen yaitu, minum kopi, keturunan, obesitas sedangkan Variabel Dependen yaitu hipertensi





38
 
a.    Data Demografi (Karakteristik Responden)
1)    umur
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Puskesmas Batua Makassar
Kelompok umur 
Jumlah
Presentasi
43- 48
5
16,7
55-60
8
26,7
61-66
8
26,7
67-72
4
13,3
73-78
2
6,7
79-84
1
3,3
85-90
2
6,7
Total
30
100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang berumur 43 sampai 48 tahun berjumlah 5 responden (16,7%), umur 55 sampai 60 tahun berjumlah 8 responden (26,7%), umur 61 sampai 66 tahun berjumlah 8 responden (26,7%), umur 67 sampai 72 tahun berjumlah 4 responden (13,3%) umur 73 sampai 78 tahun berjumlah 2 responden (6,7 %) umur 79 sampai 84 tahun berjumlah 1 responden (3,3 %) umur 85 sampai 90 tahun berjumlah 2 responden (6,7%).

2)    Pekerjaan
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Batua Makassar
Pekerjaan
Jumlah
Presentasi
Pansuinan
13
43,3
IRT
17
56,7
Jumlah
30
100,0
Sumber : Data Primer 2015
      Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang pekerjaannya pansiunan  berjumlah 13 responden (43,3%) dan yang pekerjaannya Ibu Rumah Tangga berjumlah 17 responden (56,7%)
3)    Jenis kelamin
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Batua Makassar
Jenis Kelamin
Jumlah
Presentasi
Laki – Laki
13
43,3
Perempuan
17
56,7
Jumlah
30
100,0
Sumber : Data Primer 2015
      Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 responden laki- laki berjumlah 13 responden ( 43,3%) dan perempuan berjumlah 17  responden (56,7%)

b.    Deskripsi Variabel Penelitian
1)    Minum Kopi
 Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan minum kopi di Puskesmas Batua Makassar
Minum Kopi
Jumlah
Presentasi
Minum  Kopi
10
33.3
Tidak minum kopi
20
66,7
Jumlah
30
100,0
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang minum kopi  berjumlah 10 responden (33,3%), sedangkan yang tidak minum kopi  yaitu berjumlah 20 responden (66,7 %).
2)    Keturunan
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan keturunan di Puskesmas Batua Makassar
Keturunan
Jumlah
Presentasi
Ada
22
73.3
Tidak ada
8
26.7
Jumlah
30
100,0
        Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang ada keturunan berjumlah  22 responden (73,3%), sedangkan yang tidak ada keturunan berjumlah 8 orang (26,7 %).
3)    Obesitas
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan obesitas di Puskesmas Batua Makassar
Obesitas
Jumlah 
Presentasi
Obesitas
11
36,7
Tidak obesitas
19
63,3
Jumlah
30
100,0
  Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang obesitas berjumlah 11 responden (36,7 %), sedangkan yang tidak obesitas berjumlah 19 responden (63,3%).
4)    Hipertensi
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Responden dengan  kejadian Hipertensi di Puskesmas Batua Makassar
Hipertensi
Jumlah
Presentasi
Menderita
15
50,0
Tidak menderita
15
50,0
Jumlah
30
100,0
  Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang menderita berjumlah 15 responden ( 50 % ) yang tidak menderita berjumlah 15 responden (50%)
2.  Analisis Bivariat
       Untuk menilai hubungan Minum Kopi, Keturunan , dan obesitas  dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Batua Makassar, maka digunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan (α : 0,05) atau p < 0,05.
       Maka ketentuan bahwa Minum Kopi, Keturunan , dan obesitas  dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Batua Makassar bila nilai p < 0,05.
a.    Hubungan minum kopi  dengan hipertensi di Puskesmas Batua Makassar.
Tabel 8
Hubungan minum kopi  dengan hipertensi di Puskesmas Batua Makassar.
Minum Kopi
Hipertensi
Jumlah
Nilai p
Ya
Tidak
F
%
F
%
F
%
minum kopi
9
30
1
3,3
10
33,3
0,02
Tidak
Minum kopi
6
20
14
46,7
20
66,7
Jumlah
15
50
15
50
30
100
            Sumber : Data Primer 2015
                   Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang minum kopi dan menderita hipertensi berjumlah 9 responden (30 %), minum kopi dan tidak menderita hipertensi berjumlah 1 responden (3,3%)  sedangkan yang tidak minum kopi dan menderita hipertensi  berjumlah 6 responden (20 %), tidak minum kopi dan tidak menderita hipertensi berjumlah  14 responden (46,7%)
                               Uji statistik dengan menggunakan uji chi-square di peroleh nilai p = 0,02 yang artinya lebih kecil dari pada α (0,05). Dengan demikian hipotesis penelitian dinyatakan diterima, berarti ada hubungan minum kopi dengan kejadian hipertensi.
b.    Hubungan keturunan dengan hipertensi di Puskesmas Batua Makassar
Tabel 9
Hubungan keturunan  dengan hipertensi di Puskesmas Batua Makassar.
Keturunan
Hipertensi
Jumlah
Nilai p
Ya
Tidak
F
%
F
%
F
%
Ada
14
46,7
8
26,7
22
73,4
0,035
Tidak ada
1
3,3
7
23,3
8
26,6
Jumlah
15
50
15
50
30
100
                        Sumber : Data Primer 2015
                   Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang ada keturunan dan menderita hipertensi berjumlah 14 responden (46,7 %), ada keturunan dan tidak menderita hipertensi berjumlah 8 responden (26,7%)  sedangkan yang tidak ada keturunan dan menderita hipertensi  berjumlah 1 responden (3,3 %), tidak ada keturunan dan tidak menderita hipertensi berjumlah  7 responden (23,3%)
                               Uji statistik dengan menggunakan uji chi-square di peroleh nilai p = 0,035 yang artinya lebih kecil dari pada α (0,05). Dengan demikian hipotesis penelitian dinyatakan diterima, berarti ada hubungan keturunan dengan kejadian hipertensi.
c.    Hubungan obesitas dengan hipertensi di Puskesmas Batua Makassar.
Tabel 10
Hubungan obesitas  dengan hipertensi di Puskesmas Batua
Makassar.
Obesitas
Hipertensi
Jumlah
Nilai p
Ya
Tidak
F
%
F
%
F
%
obeistas
10
33,3
1
3,3
11
36,6
0,01
Tidak obesistas
5
16,7
14
46,7
19
63,4
Jumlah
15
50
15
50
30
100
Sumber : Data Primer 2015
                   Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang obesitas dan menderita hipertensi berjumlah 10 responden (33,3%), obesitas dan tidak menderita hipertensi berjumlah 1 responden (3,3%)  sedangkan yang tidak obesitas dan menderita hipertensi  berjumlah 5 responden (16,7 %), tidak obesitas dan tidak menderita hipertensi berjumlah 14 responden  (46,7 %)
                               Uji statistik dengan menggunakan uji chi-square di peroleh nilai p = 0,01 yang artinya lebih kecil dari pada α (0,05). Dengan demikian hipotesis penelitian dinyatakan diterima, berarti ada hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi.
B.   PEMBAHASAN
1.  Hubungan minum kopi dengan Kejadian Hipertensi
       Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan Minum Kopi dengan kejadian hipertensi, dengan nilai (p = 0,02 <  α = 0,05).
       Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 responden yang minum kopi dan menderita hipertensi berjumlah 9 responden (30 %),hal ini terjadi karena pada dasarnya kopi mengandung kafein yang dapat meransang sistem saraf pusat, yang pada akhirnya akan meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah.
       Minum kopi dan tidak menderita hipertensi berjumlah 1 responden (3,3%) hal ini terjadi karena responden tersebut rutin berolahraga sehingga dapat mengurangi efek kafein dalam tubuhnya. Faktor inilah yang dapat membedakan tekanan darah tiap – tiap respenden.  sedangkan yang tidak minum kopi dan menderita hipertensi  sebanyak 6 responden (20 %), hal ini di pengaruhi oleh faktor kurang olahraga, dan kebiasaan mengkomsumsi garam berlebihan  responden tersebut melakukan salah satu dari faktor tersebut sehinga ia dapat menderita hipertensi.   
       Dari hasil perhitungan statistik uji Chi-squre diperoleh nilai signifikansi 0,02. Dengan demikian p < a (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima dengan interpretasi ”Ada Hubungan minum kopi dengan hipertensi’’
       Hal  ini didukung oleh hasil penelitian evi kurnia wati yang berjudul faktor-faktor resiko (faktor keturunan, BMI, merokok, olahraga, dan konsumsi kopi) yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Posyandu Lansia Al Hidayah Petarukan Pemalang 2007 dengan jumlah sampel 40 orang dan setelah uji Chi Square menggunakan program SPSS 11.5 for windows dengan nilai kepercayaan 95% dan tingkat signifikansi 0,05. Hasil penelitian ini adalah bahwa ada hubungan antara minum kopi dengan kejadian hipertensi dengan niliai (p value 0,015).
       Kafein dalam kopi dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah mendadak, bahkan pada orang yang normal tekanan darah awalnya, Kafein adalah suatu stimulan (perangsang), yang dapat merangsang sistem saraf pusat, yang pada akhirnya akan meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, Kenyataannya, memang beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa minum kopi menyebabkan peningkatan tekanan darah, dan meskipun kopi memang mengandung polifenol yang telah terbukti memiliki manfaat terhadap kesehatan, tentunya lebih baik makan anggur atau apel yang juga sama-sama mengandung polifenol, dan tentu saja jauh lebih sehat dari kopi.  
2.  Hubungan keturunan dengan Kejadian Hipertensi
       Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan keturunan  dengan kejadian hipertensi, dengan nilai (p = 0,012 <  α = 0,05). 
       Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 responden yang ada keturunan dan menderita hipertensi berjumlah  14 responden (46,7 %), hal ini terjadi karena pewarisan sifat melalui gen yang secara otomatis akan mempengaruhi tekanan darah dan pewarisan sifat ini yang  cendrung mengakibatkan hipertensi.
       ada keturunan dan tidak menderita hipertensi berjumlah 8 responden (26,7%) hal ini terjadi karena responden tersebut mengontrol aktivitas dan pola makannya. Dengan mengontrol aktivitas dan pola makannya, akan mengurangi resiko terjadinya hipertensi bahkan dapat terhindar dari hipertensi. sedangkan yang tidak ada keturunan dan menderita hipertensi  berjumlah 1 responden (3,3 %), hal ini terjadi dikarenakan kurang berolahraga dan tidak mengontrol makanannya sehingga  dapat menyebabkan hipertensi.
       Dari hasil perhitungan statistik uji Chi-squre diperoleh nilai signifikansi 0,013. Dengan demikian p < a (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima dengan interpretasi ”Ada Hubungan keturunan dengan hipertensi.
       Riwayat keluarga dengan hipertensi atau keturunan terbukti sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi, dengan nilai p = 0,035,
       Hal tersebut berarti bahwa orang tuanya (ibu, ayah, nenek atau kakek) mempunyai riwayat hipertensi, berisiko terkena hipertensi lebih tinggi dibandingkan orang yang orang tuanya tidak menderita hipertensi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syukraini Irza yang menyatakan bahwa riwayat keluarga dengan hipertensi memberikan risiko 7,9 kali terhadap kejadian hipertensi. Menurut Sheps, hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seseorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%. Hipertensi merupakan salah satu gangguan genetik yang bersifat kompleks. Hipertensi esensial biasanya terkait dengan gen dan faktor genetik, dimana banyak gen yang turut berperan pada perkembangan gangguan hipertensi. Faktor genetik menyumbangkan 30% terhadap perubahan tekanan darah pada populasi yang berbeda. Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akantimbul tanda dan gejala.
3.  Hubungan obesitas dengan Kejadian Hipertensi
       Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan keturunan  dengan kejadian hipertensi, dengan nilai (p = 0,01 <  α = 0,05).
       Penelitian ini menunjukkan bahwa  dari 30 responden yang obesitas dan menderita hipertensi berjumlah 10 responden (33,3%), hal ini berkaitan dengan meningkatnya volume plasma dan curah jantung akibat berbagai  perubahan hormonal, metabolik, neurologi dan hemodinamik yang terjadi pada obesitas jadi dapat dikatatakan bahwa obesitas sangat erat hubungannya dengan hipertensi karena dapat berpengaruh langsung dengan berbagai perubahan dalam tubuh.
       Obesitas dan tidak menderita hipertensi berjumlah 1 responden (3,3%) hal ini disebabkan karena responden mengontrol aktivitasnya seperti berolahraga tiga kali seminggu dan dengan berolahraga  dapat mengurangi resiko hipertensi terhadap responden. Sedangkan yang tidak obesitas dan menderita hipertensi  berjumlah  5 responden (16,7 %), hal ini sangat berkaitan dengan umur karena semakin tinggi umur seseorang maka semakin tinggi pula resiko menderita hipertansi karena ketika umur bertambah maka fungsi tubuh juga akan semaking menurun dan memaksa tekanan darah harus naik.
       Dari hasil perhitungan statistik uji Chi-squre diperoleh nilai signifikansi 0,01. Dengan demikian p < a (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima dengan interpretasi ”Ada Hubungan obesitas dengan hipertensi’’
       Hal  ini didukung oleh hasil penelitian Diana Natalia dengan judul hubungan obesitas dengan kejadian hipertensidi diKec. Sintang Kalimantan Barat. yang memperoleh 85 (58,2%) subjek dengan IMT normal dan 61 (41,8%) subjek dengan IMT obesitas dari total 146 subjek penelitian. Dari 85 subjek dengan IMT normal, diketahui 31 (36,5%) subjek menderita hipertensi dan 54 (63,5%) subjek mempunyai tekanan darah normal. Sedangkan dari 61 subjek dengan IMT obesitas, 48 (78,7%) subjek menderita hipertensi dan 13 (21,3%) subjek mempunyai tekanan darah normal. dan Analisis hubungan antara faktor risiko, yaitu obesitas, dengan kejadian hipertensi dilakukan dengan uji chi-square  dengan nilai significancy sebesar 0,000.
       Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terdapat jaringan adipose dalam proporsi yang abnormal dalam tubuh. Hubungan obesitas dengan hipertensi telah diketahui sejak lama. Diduga timbulnya hipertensi pada obesitas adalah berkaitan dengan meningkatnya volume plasma dan curah jantung akibat berbagai  perubahan hormonal, metabolik, neurologi dan hemodinamik yang terjadi pada obesitas. dan kedua keadaan ini sering dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Pada Swedish Obese Study didapatkan angka kejadian hipertensi pada obesitas adalah sebesar 13,5% dan angka ini akan makin meningkat seiring dengan peningkatan indeks massa tubuh dan waist-hip- ratio.
























BAB V


PENUTUP


A.     KESIMPULAN
            Berdasarkan tujuan, hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1.    Mengidentifikasi hubungan minum kopi dengan kejadian hipertesi di puskesmas batua masakassar.
2.    Mengidentifikasi hubungan keturunan dengan kejadian hipertesi di puskesmas batua masakassar.
3.    Mengidentifikasi hubungan obesitas dengan kejadian hipertesi di puskesmas batua masakassar.
B.    SARAN
            Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti mengajukan saran sebagai berikut :
1.    Bagi petugas kesehatan dalam hal ini petugas Puskesmas setempat ( Dinas Kesehatan ) agar senantiasa meningkatkan atau memberikan pendidikan atau penyuluhan kesetahan tentang hipertensi kepada masyarakat.
2.   
53
Bagi penderita Perlunya menjaga keseimbangan antara berbagai faktor penyebab hipertensi seperti tidak minum kopi secara berlebihan, serta mengontrol makanan sesuia porsi makan dan melakukan aktifitas menyehatkan
3.    Bagi peneliti selanjutnya kami sarankan untuk mengadakan penelitian lanjut untuk mengetahui variabel – variabel yang belum di teliti sehingga nantinya dapat mengungkap perkembangan teori tentang hipertensi.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar