FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN
MAKASSAR
FAHRUDDIN IRWANSYAH
11.1101.4O4
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2015
ABSTRAK
FAHRUDDIN
IRWANSYAH. faktor – faktor yang
berhubungan dangan terjadinya hipertensi pada pasien di Puskesmas Batua
Makassar. (Di bimbing oleh Sumira)
Hipertensi
adalah suatu keadaaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal
dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan
satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagai manamestinya dalam
mempertahankan tekanan darah secara normal.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan minum kopi, keturunan dan obesitas dengan kejadian hipertensi.
Penelitian
ini dilaksanakan di Puskesmas Batua Makassar pada tanggal 27 Mei – 27 Juni 2015.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 30. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik Accidental Sampling yaitu pengambilan sampel secara kebetulan yakni
responden yang berkunjung pada saat penelitian berlangsung, dengan metode
pengumpulan data yaitu dengan menggunakan kuesioner dan wawancara terpimpin.
Pengolahan data dengan fasilitas SPSS versi 21 dengan tingkat kemaknaan yang
digunakan p<0,05, dengan menggunakan uji statistik Chi Square dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan minum kopi dengan kejadian
hipertensi dengan nilai P = 0,02.,
keturunan dengan kejadian hipertensi
dengan nilai P = 0,035, obesitas dengan kejadian hipertensi dengan nilai P = 0,01. Pola makan yang kurang
sehat dan Aktivitas fisik yang kurang dapat beresiko terhadap kejadian
hipertensi. Untuk menurunkan kejadian hipertensi perlu dilakukan pengendalian faktor resiko
terjadinya hipertensi. Seperti meningkatkan atau memberikan pendidikan atau
penyuluhan kesetahan tentang hipertensi kepada masyarakat. Dan menginformasi
tentang hubungan minum kopi, keturunan, dan obesitas dengan kejadian hipertensi
agar penderita hipertensi dapat mengontrol pola makan dan aktivitasnya agar
hidup yang lebih sehat.
Kata kunci : minum
kopi, keturunan, obesitas dan hipertensi
|
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di
era globalisasi ini terlalu banyak penyakit yang bermunculan namun penyakit sudah lama di
temukan masi menjamur diberbagai belahan dunia salah satunya hipertensi bahkan Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan
gejala-gejala terlebih dahulu sebagai
peringatan bagi korbannya.
pada tahun 2011 ada satu
milyar orang di dunia menderita hipertensi dan dua per-tiga diantaranya berada
di negara berkembang yang berpenghasilan
rendah- sedang. Bila tidak
dilakukan upaya yang tepat jumlah ini akan terus meningkat, dan diprediksi pada
tahun 2025 sebanyak 29% atau 1,6 miliar orang di seluruh dunia menderita
hipertensi, sedangkan di Indonesia angka kejadian hipertensi cukup tinggi. (world
helth organization)
angka
kejadian hipertensi pada 5 tahun terakhir sebanyak 31.7%. Sementara kasus
hipertensi yang belum berhasil terdiagnosa juga masih sangat tinggi yakni 76%. (RISKESDAS
KEMENKES RI)
|
Jumlah
penderita hipertensi di provinsi sulawesi selatan sampai saat ini adalah 71.032. jiwa
yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota yang ada di provinsi
sulawesi selatan. (profil
kesehatan kota makassar)
kasus penyakit hipertensi dalam tiga
tahun terakhir yaitu mulai pada tahun 2010 sebanyak 13.802 penderita, kemudian
pada tahun 2011 jumlah kasus hipertensi mengalami peningkatan yaitu sebanyak
25.332, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 12.298 kasus. (Dinas
Kesehatan Kota Makassar)
Pada tahun 2012 tercatat 1653 penderita hipertensi dan
pada tahun 2013 tercatat 1798 penderita hipertensi sedangkan pada tahun 2014
tercatat 1994 penderita hipertensi. Angka yang cukup banyak dan mengalami
peningkatan di tiap tahunnya berdasarkan
data inilah yang menjadi salah satu indikator yang membuat kami ingin meneliti
mengenai faktor penyebab hipertensi. (puskesmas batua)
Karena Pada dasarnya kita ketehui bahwa ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan hipertensi di antaranya Minum Kopi , Obesitas,
stres, Keturunan, jenis kelamin, usia, asupan garam berlebih, kebiasan merokok,
gaya hidup yang kurang sehat, obat – obatan. Dan akibat penyakit lainnya.
Berdasarkan beberapa faktor di atas kami berniat untuk meneliti beberapa
faktor tersebut di atas demi menjawab kebingungan masyarakat indonesia khusunya
sulawesi selatan dan lebih terkhusus lagi masyarat yang ada di sekitar kami
yang selama ini kebingunan terhadap penyakit hipertensi itu sendiri.
B. Rumusan
masalah
Bedasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-
faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya hipertensi ?
C.
Tujuan penelitian
1. Tujuan
umum
Diketahui faktor –faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi
2. Tujuan
khusus
a) Diketahui
hubungan antara minum kopi dengan terjadinya hipertensi.
b) Diketahui
hubungan antara obesitas dengan terjadinya hipertensi.
c) Diketahui
hubungan antara genetik dengan terjadinya hipertensi.
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat
bagi akademik
Hasil
penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi institusi yaitu hasil penelitian ini
dapat di gunakan sebagai bahan pembejaran dalam teori tentang hipertensi
2. Manfaat
bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi tempat penelitian yaitu dapat di
jadikan sebagai landasan dalam memberi asuhan keperawatan
3. Manfaat
bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi peneliti yaitu dapat menambah
pengetahuan dalam mengembangkan wawasan tenteng hipertensi.
|
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan umun tentang hipertensi
1. Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi
WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila
tekanan darah diatas 160/95 mmHg. Sedangkan
menurut Prof.Dr.dr.Budhi Setianto (Depkes,2008), yang menyatakan bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan darah
sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi
merupakan penyebab timbulnya penyakit berat seperti serangan jantung, gagal
ginjal, dan stroke. Pola makan masyarakat
Indonesia yang sangat menyukai berlemak dan yang berasa asin atau gurih,
terutama makanan cepat saji yang memicu timbulnya kolesterol tinggi. Kolesterol
tinggi sering dianggap sebagai penyebab utama penyakit hipertensi di samping
karena adanya faktor keturunan (Susilo dkk, 2010).
|
b. Penyebab
hipertensi
Penyebab
hipertensi yang sering kali menjadi penyebab di antaranya adalah atberoclerosis
(penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh
darah) keturunan bertambahnya jumlah darah yang di pompa kejantung, penyakit
ginjal kelenjar adrenalin dan sistem saraf simpatis.( muhammadun as.2010)
Penyebab
hipertensi lainnya yang jarang terjadi adalah feokrositoma yang tumor pada
kelenjar adrenalion yang menghasilkan hormon epinepbrine (adrenalin) atau
norenefrin (noradrenalin)
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang
dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
1)
Elastisitas dinding aorta
menurun
2)
Katub jantung menebal dan
menjadi kaku
3)
Kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4)
Kehilangan elastisitas
pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5)
Meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer
c. Faktor-
faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara
lain:
1) Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikontrol
a) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya
hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit
kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan
adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon
estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami,
yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin
wanita sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
Hipertensi lebih banyak
terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak
menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah
wanita. Hal ini sering dikaitkan
dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
b) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang
berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus.
Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu
dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus
, hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering
terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan
hormon sesudah menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan
arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari
berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan
kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau
kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan
enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi.
c) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai
risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi. (Anggraini dkk, 2009).
2) Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol
a)
Obesitas
Pada usia
pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga
mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya
berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok
lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis,
jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi,
2008).
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat dilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian
disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Rumus perhitungan IMT adalah
sebagai berikut:
Berat Badan (kg)
IMT = ------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obesita 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya
normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan
lebih.
(1) Berat Badan
Kurang » IMT/BMI Kurang Dari 18,5
(2) Berat Badan Normal » IMT/BMI 18,5 - 22,9
(3) Berat Badan Lebih » IMT/BMI Lebih Dari 23
(4) Berat Badan
Pra Obesitas » IMT/BMI 23 - 24,9
(5) Berat Badan
Obesitas I » IMT/BMI 25 - 29,9
(6) Berat Badan
Obesitas II » IMT/BMI Lebih Dari 30
b)
Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat
karena adanya kondisi tertentu.
Kurangnya
aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko
untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak
jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar
pula kekuaan yang mendesak arteri. Latihan
fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat
untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi,
jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban
waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan
wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik
dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor
penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi, 2008).
c)
Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort
prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts
terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51%
subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14
batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari.
Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam
penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan
kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007)
d)
Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. (Wolff, 2008).
e)
Minum alcohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan
organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan
termasuk salah satu faktor resiko
hipertensi (Marliani, 2007).
f)
Minum kopi
Kafein
merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun
teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein
memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C8H10N8O2
dan pH 6.9 (larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek langsung dari
kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak
langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek
samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan
denyut jantung tak berarturan (tachycardia).
Kafein
mengikat pada reseptor pada permukaan sel-sel otot jantung, yang menyebabkan
peningkatan tingkat cAMP dalam sel (dengan memblokir enzim yang mendegradasi
cAMP), meniru efek dari epinefrin (yang mengikat ke reseptor pada sel yang
mengaktifkan cAMP produksi). cAMP bertindak sebagai "utusan kedua,"
dan mengaktifkan sejumlah besar protein kinase A (PKA; cAMP-dependent protein
kinase). Hal ini memiliki efek keseluruhan meningkatkan laju glikolisis dan
meningkatkan jumlah ATP yang tersedia untuk kontraksi otot dan relaksasi Dengan
meningkatnya aktivitas otot termasuk otot jantung menyebabkan jantung memompa
darah lebih cepat dan darah yang keluar dari jantung menuju ke seluruh tubuh
akan mempunyai tekanan yang tinggi. Tetapi apa bila kafein dalam tubuh telah
habis kadarnya dalam tubuh jantung akan kembali normal.
Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa orang yang mengonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari punya tekanan
darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak mengonsumsi
sama sekali.
Konsumsi
kopi lebih dari dua cangkir (200-250 mg kafein) terbukti meningkatkan tekanan
sistolik sebesar 3-14 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg pada orang
yang tidak punya hipertensi.
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75
– 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan
tekanan darah 5 -10 mmHg.
Kafein
dapat membuat pembuluh darah menyempit yang diakibatkan karena efek kafein yang
memblokir adenosin yaitu hormon yang menjaga agar pembuluh darah tetap lebar.
Kafein juga merangsang kelenjar adrenal untuk melepas lebih banyak kortisol dan
adrenalin.
g)
Stress
Stress akan meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan,
kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal. Menurut Anggraini dkk, (2009)
Berikut ini ada beberapa
faktor yang dapat menimbulkan tekanan
darah tinggi atau hipertensi antara lain adalah :
1.
Genetik
Para
pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (
genetik ) dengan resiko bagi orang yang menderita penyakit ini .
Jika
anda adalah orang yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer ( esensial )
dan tidak melakukan penanganan dan pengobatan maka ada kemungkinan lingkungan
anda akan menyebabkan hipertensi dalam waktu sekitar 30-an tahun maka akan
muncul tanda- tanda dan gejala hipertensi dengan berbagai komlikasi.
10
orang pendrita hipertensi, 90 % di antaranya terjadi karena memiliki bakat atau
gen yang membawa munculnya hipertensi. Meski demikian gen tersebut dapat
menjadikan anda sebagai penderita hipertensi karena ada faktor pemicu eksternal
lain.
2.
Umur
Penyebaran
hipertensi menurut golongan umur telah terdapat kesepakatan dari para peneliti
di indonesia. Disimpulkan bahwa prevalansi
hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur
Sebagai
gambaran salah satu hasil penelitian tentang penyebaran menurut umur
Frekuensi hipertensi menurut golongan umur
No.
|
Golongan
umur ( tahun)
|
Frevalansi(%)
|
1
|
20-29
|
6.10
|
2
|
30-39
|
6,70
|
3
|
40-49
|
10,10
|
4
|
50-59
|
10,20
|
5
|
Di atas 60
|
13,00
|
6
|
Seluruh umur
|
8,60
|
3.
Jenis kelamin
Hasil survai kesehatan rumah tangga
menunjukkan bahwa prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di
indonesia cukup tinggi 83 per 1.000 anggota rumah tangga . pada umumnya pria lebih banyak yang
menderita hipertensi di bandingkan dengan perempuan.
4. Pekerjaan
Stress pada pekerjaan cenderung
menyebabkan terjadinya hipertensi berat pria yang mengalami tekanan dalam
pekerjaan akan mengalami akan mengalami tekanan darah tinggi pada saat jam
kerjanya di bandingkan dengan rekan kerjanya yang jabatannya lebih longgar
tanggung jawabnya. (muhammadun as .2010)
d. Jenis
–Jenis Hipertensi
1. Hipertensi
idiopatik : 95% , yaitu hipertensi yang tidak di ketahui penyebabnya. Kemudian
ada predisposisi genetik yang menimbulkan perubahan –perubahan : ekskresi
natrium dan air oleh ginjal, kepekaan baroreseptor, respon vascular dan sekresi
rannin.
2. Hipertensi
sekunder : 5% yaitu hipertensi yang lainnya timbul sekunder dari proses
penyakit lain seperti ginjal. (dr.taufan
nugroho. 2011)
3. Hipertensi
maligna
Hipertensi maligna adalah tipe hipertensi berat yang berkembang secara
progresif seseorang dengan hipertensi laligna biasanya memiliki gejala – gejala
morning headahces penglitan kabur,
dan sesak napas atau dispnea atau gejala uremia tekanan darah distolik
lebih dari 115 mmhg dengan rentang tekanan diastolik antara 130 – 170 mmhg
hipertensi maligna meningkatkan resiko gagal ginjal, gagal jantung kiri dan
stroke. (wajan juni udjianti.2011)
e. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung
dan peningkatan tahanan perifer (Rohaendi, 2008).
f. Klasifikasi Hipertensi
1. Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World
Health Organization) dalam Rohaendi (2008):
a) Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b) Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159 mmHg
dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg
c) Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
2. Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari: Tekanan sistolik:
a) < 119 mmHg : Normal
b) 120-139 mmHg : Pra hipertensi
c) 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
d) > 160 mmHg : hipertensi derajat 2
Tekanan diastolic
a)
< 79 mmHg : Normal
b)
80-89 mmHg : pra hipertensi
c)
90-99 mmHg : hipertensi
derajat 1
d)
>100mmHg : hipertensi
derajat 2
Stadium 1: Hipertensi ringan
(140-159 mmHg 90-99 mmHg)
Stadium 2: Hipertensi sedang
(160-179 mmHg 100-109 mmHg)
Stadium 3: Hipertensi berat
(180-209 mmHg 110-119 mmHg)
g. Gejala Hipertensi
Hipertensi
sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Menurut anjdati soeria
(2013), sutanto,(2010)
gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu:
1. Kepala
pusing atau sakit kepela
2. Sering gelisah
3. Wajah merah
4. Tengkuk terasa pegal
5. Mudah marah
6. Telinga berdengung
7. Sukar tidur
8. Sesak napas
9. Rasa berat ditengkuk
10. Mudah lelah
11. Mata berkunang-kunang
12. Mimisan ( keluar darah dari hidung).
13. Muka pucat
14. Suhu tubuh
rendah
h. Bahaya
hipertensi
Menurut
yunita indah presetyanigrum (2014) tekanan
darah yang tinggi sangat berbahaya karena memperberat kerja organ
jantung.selain itu aliran tekanan darah tinggi membahayakan arteri, organ
jantung, ginjal dan mata.
Apabila
tekanan darah anda selalu tinggi maka dapat menimbulkan kerusakan beberapa
organ tubuh. Tekanan darah tinggi dalam jangka wsaktu lama dapat menyebabkan
beberapa kejadian sebagai berikut :
1. Kerusakan
jantung, yaitu jantung tidak dapat memompa darah dalam jumlah cukup kedalam
tubuh
2.
Terbentuknya benjolan abnormal pada dinding arteri
yang membawa darah dari jantung ke organ tubuh sehingga aliran darah menjadi
tidak lancar.
3.
Pembulu darah di ginjal menyempit sehingga
mengakibatkan kerusakan ginjal.
4.
Penyempitan pembuluh arteri di beberapa bagian tubuh
sehingga mengurangi aliran darah kejantung, otak, ginjal dan lutut.
5.
Pecahnya pembuluh darah di mata.
i. Komplikasi
Menurut
sutanto 2010 mengklasifakasikan hipertensi sebagai berikut :
1. Stroke
Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri – arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal,sehingga alaliran darah ke daerah – dareh yang diperdarahinya menjadi
kurang, arteri - arteri otak mengalami arterosklerosis dapat melemah, sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya anuerisma.
2. Infark
miokardium
Dapat juga terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang mengalami
ateroskloretik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang dapat menhambat alirang darah melalui pembulu
tersebut. Kerena terjadi hipertensi
kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebututuhan oksigen miokardium tidak dapat
dipemenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark
3. Gagal
ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusan
progresif akibat tekana darah tinggi pada kapiler – kapiler glomerolus. Denga
rusaknya glomerolus darah akan mengalir ke unit – unit fungsional ginjal
neurong akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.
4. Ensefalopati
Ensefalopati ( Kerusakan otak ) dapat
terjadi terutama pada hipertensi malgna (hipertensi yang meningkat cepat ).
Tekanan yang sangat tinggi menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan kedalam intertisium di seluru susunan saraf pusat akibatnya neoron – neuron di sekitarnya
menjadi kolaps dan terjadi koma serta kematian.
2. Tinjauan
Tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi
a. Minum
kopi
Kopi
merupakan minuman yang sangat banyak di komsumsi dan sering di kaitkan dengan
kelainan kesehatan dan berbagai penyakit. Kopi banyak mengandung molukul zat
yang berbeda antaranya kafein.
Kafein
merupakan alkaloid xantin yang ditemukan
pada tahun 1819, oleh seorang ahli kimia Jerman bernama Friedrich Ferdinand Runge. Hal ini dianggap
sebagai obat perangsang psikoaktif, karena akan mengaktifkan sistem saraf
pusat. Obat-obatan psikoaktif berpengaruh untuk membawa perubahan kesadaran,
suasana hati atau perilaku seseorang.
Kafein
merupakan senyawa xantin alami yang dapat ditemukan dalam teh, kopi, kacang dan banyak tanaman lain. Kandungan ini
terkenal untuk merangsang otak dan
meningkatkan kewaspadaan mental, di sisi lain banyak penelitian yang
menunjukkan pengaruhnya pada tekanan darah
Selain
efeknya yang dapat merangsang aktivitas otak, kafein telah menjadi subyek
banyak penelitian. Telah ditemukan oleh banyak penelitian bahwa kafein
menyebabkan peningkatan pada tekanan darah. Sebuah hormon yang disebut
adenosin, membantu melebarkan pembuluh darah karena pengaruh kafein
Beberapa
studi menunjukkan bahwa orang yang minum kopi berkafein secara teratur rata-rata
memiliki tekanan darah tinggi daripada mereka yang tidak meminum sama sekali.
Kafein juga mampu mendorong kelenjar hipofisis untuk merangsang kelenjar
adrenal dan menghasilkan hormon adrenalin. Peningkatan dalam sekresi adrenalin dapat
meningkatkan tekanan darah
Sebuah
temuan menarik dari penelitian terbaru adalah adanya perbedaan besar mengenai
pengaruh kafein pada pria dan wanita. Pada pria, hal ini dapat meningkatkan
tekanan darah karena efek konstriktif pada pembuluh darah. Ini juga terkait dengan
peningkatan resistensi pembuluh darah ke aliran darah. Di sisi lain, pada
wanita hal itu menaikkan tingkat tekanan darah dengan meningkatkan aktivitas
jantung, yang akan meningkatkan sirkulasi darah.
b. Keturunan
Apabila
riwayat hiperensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaaan terjadinya
hipertensi primer pada seseorang cukup besar hal ini terjadi karena pewarisan
sifat melalui gen. Pengaruh genetika ini juga terjadi pada anak kembar dari
satu sel telur. Jika dari satu anak kembar tersebut adalah penderita hipertensi
maka akan di alami pula pada anak kembar lain. Faktor keturunan dapat
menyebabkan tekana darah tinggi.
Menurut
sebagian ahli kesehatan sebagian besar kasus hipertensi saat ini di pengaruhi
oleh faktor keturunan faktor keturunan memang memiliki peran yag besar terhadap
hipertensi.hal tersebut terbukti dengan di temukannya kejadian bahwa hipertensi
lebih banyak terjadi pada kembar monozigot
(kembar berasal dari satu sel telur ) di banding heterozigot ( berasal dari sel yang berbeda)
Jika
anda adalah orang yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer ( esensial )
dan tidak melakukan penanganan dan pengobatan maka ada kemungkinan lingkungan
anda akan menyebabkan hipertensi dalam waktu sekitar 30-an tahun maka akan
muncul tanda- tanda dan gejala hipertensi dengan berbagai komlikasi.
Dari
10 orang pendrita hipertensi, 90 % di antaranya terjadi karena memiliki bakat
atau gen yang membawa munculnya hipertensi. Meski demikian gen tersebut dapat
menjadikan anda sebagai penderita hipertensi karena ada faktor pemicu eksternal
lain.
c. Obesitas
1) Pengertian
obesiatas
Obesitas adalah keadaan dimana seseorang berat
badan yang lebih berat di banding dengan barat badan idealnya yang di sebabkan
oleh penumpukan lemak di tubuhnya. Obesitas atau yang biasa di sebut kegemukan
merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan masalah.
2) Penyebab
obesitan
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat
mengkomsumsi kalori lebih banyak dari yang di perlukan tubuh. Meskipun penyebab
obesitas belum di ketahui, namun faktor resiko yang berperang terjadinya
obesitas yaitu :
1) faktor
genetik
2) faktor
lingkungan
3) faktor
psikososial
4) faktor
kesehatan
5) faktor
perkembangan
6) aktivitas
fisik
3) dampak
obesitas
obesitas secara lansung membahayakan
kesehatan seseorang obesitas meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit
manahun anatara lain sebagai berikut :
1. diabetes
tipe 2
2. tekanan
darah tinggi
3. stroke
4. serangan
jantung
5. gagal
jantung
6. kanker
( kanker prostat, kanker usus besar
7. batu
kantung empedu dan batu kantung kemih
8. gout
da arthritis
9. osteoporosis
10. tidur
apneu (kegagalan bernafas normal saat tidur )
11. sidroma
picwickian (obesitas di sertai wajah kemerahan, underventilasi, dan nguntuk )
B. Karangka
konsep
1.
Bagan kerangka konsep
Berdasarkan
uraian dari tinjauan pustaka tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
terjadinya hipertensi maka kami gambarkan karangka konsep sebagia berikut :
|
|
|||||
![]() |
Keterangan
:




Variabel
Penelitian
a.
Variabel Dependen
1) Minum Kopi
2) Obesitas
3) Keturunan (Genetik)
b.
Variabel Independen
Hipertensi
2. Hipotesis
a. Hipotesis
nol (Ho)
1) Tidak
ada hubungan minum kopi terhadap terjadinya hipertensi.
2) Tidak
ada hubungun obositas terhadap terjadinya hipertensi.
3) Tidak
ada hubungun keturunan (genetik) terhadap terjadinya hipertensi
b. Hipotesis
Alternatif (Ha)
1) ada
hubungan minum kopi terhadap terjadinya hipertensi
2) ada
hubungun obositas terhadap terjadinya hipertensi
3) ada hubungun
keturunan (genetik) terhadap terjadinya
hipertensi.
3.
Definisi Operasional
a. Minum
Kopi dalam penelitian ini adalah orang yang gemar mengkomsumsi kopi terus
menerus.
Kriteria objektif :
Minum
kopi : Jika seseorang secara
rutin minum kopi > 2 cankir perhari.
Tidak
minum kopi : jika seseorang hanya minum kopi sekali – kali.
b. Keturunan (Genetik) dalam
penelitian ini adalah riwayat penyakit yang pernah di derita oleh anggota
keluarga sebelumnya khususnya hipertensi
Kriteria objektif :
Ada : Jika seseorang memiliki anggota keluarga terdahulu menderita
hipertensi.
Tidak ada :Jika seseorang tidak memiliki anggota
keluarga terdahulu menderita hipertensi.
c. Obesitas dalam penelitian ini adalah seseorang yang berat badannya di atas normal
menurut pengukuran IMT.
Kriteria Objektif
Obesitas :
Jika seseorang memiliki IMT ≥ 23,0
Tidak obesitas :
jika seseorang memiliki IMT 18,5 – 22,9
d.
Hipertensi dalam penelitian ini adalah
seseorang yang memiliki tekanan darah di atas normal.
Menderita : jika seseorang
terdiagnosa hipertensi oleh dokter
Tidak menderita : jika seseorang tidak
terdiagnosa hipertensi oleh dokter
|
METODE PENELITIAN
A. Rancangan
/ desaian penelitian
Berdasarkan
tujuan penelitian maka rancang bangun penelitian ini menggunakan metode
penelitian yang bersifat survai analitik dan menggunakan pendekatan cross sectional
yaitu suatu penelitian yang mencari hubungan antara faktor resiko (indefenden)
dengan faktor efek (defenden) dimana dilakukan obserpasi sekaligus dengan atau
pengukuran variabel pada waktu bersamaan.agus riyanto(2011)
B. Lokasi
dan waktu
1. Lokasi
Penelitian
ini di lakukan di Puskesmas Batua Makassar
2. Waktu
Penelitian
ini di laksanakan pada tanggal 27 Mei – 27 juni 2015
C. Populasi
dan teknik penaganbilan sample
1. Populasi
Populasi dalam penelitan ini adalah semua pasien
yang datang berobat di Puskesmas Batua Makassar.
2. Sample
|
a. Kriteria Inklusi:
1. Pasien
yang datang berobat di Puskesmas Batua Makassar
2. Pasien
yang berumur ≥ 40 tahun
3. Bersedia
menjadi responden.
b. Kriteria
Ekslusi:
1. Pasien
yang tadak dapat berkomunikasi
2. Tidak
bersedia menjadi responden.
D.
Instrumen Pengumpulan Data
Data
yang dikumpulkan dengan menggunakan kuisoner dengan skala gutman yaitu : ya bernilai 1 dan tidak bernilai 0.
Dan peneliti memimpin lansung responden
dalam pengisian kuisoner sesuai dengan
format kuisoner yang telah disediakan oleh peneliti.
E.
Teknik Pengumpulan Data
1. data primer
Data pimer adalah data yang
dikumpulkan untuk penelitian dari tempat aktual terjadinya peristiwa (Nursalam,
2013). Data primer diperoleh dengan cara memberikan kuesioner secara langsung
kepada responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data
yang diperoleh melalui sumber yang ada (Nursalam, 2013). Data sekunder
diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini yaitu, Puskesmas Batua Raya Makassar.
F. Pengolahan
Data
Pengolahan
data dilakukan secara manual (dengan mengisi kuesioner yang disediakan),
selanjutnya menggunakan bantuan program SPSS
versi 20.0, dengan urutan sebagai berikut :
1. Editing
Melakukan
pemeriksaan kelengkapan data dan memastikan kelengakapan jawaban, tulisan,
jawaban relevan engan pertanyaan dan kesesuaian antara beberapa pertanyaan dengan jawaban.
Penelitian melakukan pemeriksaan terhadap semua item pertanyaan yang telah
diisi.
2. Coding
Setelah
memeriksa kelengkapan data selanjutnya peneliti melakukan coding yaitu memberi kode dengan mengubah data yang
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka untuk memudahkan dalam analisis
data.
3. Tabulating
Peneliti
melakukan tabulasi untuk mengolompokkan data berdasarkan kategori yang telah
ditentukan oleh peneliti.
4. Entry
Memasukkan
data dari kuesioner yang sudah lengkap dan telah diberikan kode ke alam program
komputer.
5. Cleaning
Setelah
data dimasukkan dalam program komputer, selanjutnya peneliti melakukan cleaning
yaitu memeriksa kembali data yang sudah di-entry untuk mengetahui kemungkinan
adanya data yang masih salah atau tidak lengkap sebelum dilakukan analisis.
G. Analisa
Data
1. Analisis
univariat
Analisis univariat (analisis
persentase) yaitu analisis yang digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi
responden serta menggambarkan variabel bebas (independen) dan variabel terikat
(dependen).
2.
Analisis bivariat : di lakukan
untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam analisis ini
uji statistik yang digunakan adalah uji
chi square. (Riyanto, 2011).
Analisis
bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat dalam penelitian ini digunakan uji Chi-Square dengan tingkat
kemaknaan (α : 0,05), untuk mengetahui adanya hubungan antar variabel yang
terikat dan bebas.
H. Etika
Penelitian
1. Informed Consent (Lembaran
Persetujuan Menjadi Responden)
Lembaran persetujuan
diberikan kepada responden, terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan
maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin
terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti
maka diberi lembar permohonan menjadi responden (lembar satu) dan lembar
persetujuan menjadi responden (lembar dua) yang harus ditandatangani, tetapi
jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap akan menghormati hak-haknya.
2. Anonymity (Tanpa
Nama)
Adalah tidak memberikan
nama responden pada lembar yang akan diukur, hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data. Untuk menjaga kerahasiaan informasi dari responden, peneliti
tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi
dengan memberikan nomor kode pada masing-masing lembar yang dilakukan oleh
peneliti sebelum lembar pengumpulan data diberikan kepada responden.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan
etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan Di Puskesmas Batua Makassar, Penelitian dilakukan selama 1 bulan
yaitu dari tanggal 27 Mei sampai dengan
27 Juni 2015. Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang berkunjung
ke Puskesmas batua Makassar. Sampel yang diteliti sebanyak 30
pasien dimana sampel tersebut semuanya memenuhi kriteria yang telah ditentukan
dalam kriteria inklusi.
Berdasarkan
hasil pengolahan data maka berikut ini akan disajikan analisis univariat dan
analisis bivariat.
1. Analisis
Univariat
Analisis Univariat pada penelitian ini
untuk melihat distribusi, frekuensi dari data demografi responden yaitu : umur, jenis kelamin, pekerjaan
dan Variabel Independen yaitu, minum kopi, keturunan, obesitas sedangkan
Variabel Dependen yaitu hipertensi
38
|
a. Data
Demografi (Karakteristik Responden)
1) umur
Tabel 1
Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Umur di Puskesmas Batua Makassar
Kelompok
umur
|
Jumlah
|
Presentasi
|
43-
48
|
5
|
16,7
|
55-60
|
8
|
26,7
|
61-66
|
8
|
26,7
|
67-72
|
4
|
13,3
|
73-78
|
2
|
6,7
|
79-84
|
1
|
3,3
|
85-90
|
2
|
6,7
|
Total
|
30
|
100
|
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 1
menunjukkan bahwa dari 30 responden yang berumur 43 sampai 48 tahun berjumlah 5
responden (16,7%), umur 55 sampai 60 tahun berjumlah 8 responden (26,7%), umur
61 sampai 66 tahun berjumlah 8 responden (26,7%), umur 67 sampai 72 tahun
berjumlah 4 responden (13,3%) umur 73 sampai 78 tahun berjumlah 2 responden
(6,7 %) umur 79 sampai 84 tahun berjumlah 1 responden (3,3 %) umur 85 sampai 90
tahun berjumlah 2 responden (6,7%).
2) Pekerjaan
Tabel
2
Distribusi
Frekuensi Responden Berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Batua Makassar
Pekerjaan
|
Jumlah
|
Presentasi
|
Pansuinan
|
13
|
43,3
|
IRT
|
17
|
56,7
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari
30 responden yang pekerjaannya pansiunan
berjumlah 13 responden (43,3%) dan yang pekerjaannya Ibu Rumah Tangga
berjumlah 17 responden (56,7%)
3) Jenis
kelamin
Tabel 3
Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Batua Makassar
Jenis
Kelamin
|
Jumlah
|
Presentasi
|
Laki
– Laki
|
13
|
43,3
|
Perempuan
|
17
|
56,7
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari
30 responden laki- laki berjumlah 13 responden ( 43,3%) dan perempuan berjumlah
17 responden (56,7%)
b.
Deskripsi Variabel Penelitian
1) Minum
Kopi
Tabel 4
Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan minum kopi di Puskesmas Batua Makassar
Minum
Kopi
|
Jumlah
|
Presentasi
|
Minum Kopi
|
10
|
33.3
|
Tidak
minum kopi
|
20
|
66,7
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 30 responden
yang minum kopi berjumlah 10 responden
(33,3%), sedangkan yang tidak minum kopi
yaitu berjumlah 20 responden (66,7 %).
2) Keturunan
Tabel 5
Distribusi Frekuensi
Responden berdasarkan keturunan di Puskesmas Batua Makassar
Keturunan
|
Jumlah
|
Presentasi
|
Ada
|
22
|
73.3
|
Tidak
ada
|
8
|
26.7
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 30 responden
yang ada keturunan berjumlah 22
responden (73,3%), sedangkan yang tidak ada keturunan berjumlah 8 orang (26,7
%).
3) Obesitas
Tabel 6
Distribusi Frekuensi
Responden berdasarkan obesitas di Puskesmas Batua Makassar
Obesitas
|
Jumlah
|
Presentasi
|
Obesitas
|
11
|
36,7
|
Tidak
obesitas
|
19
|
63,3
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 30 responden
yang obesitas berjumlah 11 responden (36,7 %), sedangkan yang tidak obesitas
berjumlah 19 responden (63,3%).
4) Hipertensi
Tabel 7
Distribusi Frekuensi
Responden dengan kejadian Hipertensi di
Puskesmas Batua Makassar
Hipertensi
|
Jumlah
|
Presentasi
|
Menderita
|
15
|
50,0
|
Tidak
menderita
|
15
|
50,0
|
Jumlah
|
30
|
100,0
|
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa dari 30 responden
yang menderita berjumlah 15 responden ( 50 % ) yang tidak menderita berjumlah
15 responden (50%)
2. Analisis
Bivariat
Untuk menilai hubungan Minum Kopi,
Keturunan , dan obesitas dengan kejadian
hipertensi di Puskesmas Batua Makassar, maka digunakan uji statistik Chi-Square
dengan tingkat kemaknaan (α : 0,05) atau p < 0,05.
Maka ketentuan bahwa Minum Kopi, Keturunan
, dan obesitas dengan kejadian
hipertensi di Puskesmas Batua Makassar bila nilai p < 0,05.
a. Hubungan
minum kopi dengan hipertensi di
Puskesmas Batua Makassar.
Tabel 8
Hubungan minum
kopi dengan hipertensi di Puskesmas
Batua Makassar.
Minum
Kopi
|
Hipertensi
|
Jumlah
|
Nilai
p
|
||||
Ya
|
Tidak
|
F
|
%
|
||||
F
|
%
|
F
|
%
|
||||
minum
kopi
|
9
|
30
|
1
|
3,3
|
10
|
33,3
|
0,02
|
Tidak
Minum
kopi
|
6
|
20
|
14
|
46,7
|
20
|
66,7
|
|
Jumlah
|
15
|
50
|
15
|
50
|
30
|
100
|
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan
tabel 8 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang minum kopi dan menderita
hipertensi berjumlah 9 responden (30 %), minum kopi dan tidak menderita
hipertensi berjumlah 1 responden (3,3%)
sedangkan yang tidak minum kopi dan menderita hipertensi berjumlah 6 responden (20 %), tidak minum
kopi dan tidak menderita hipertensi berjumlah
14 responden (46,7%)
Uji
statistik dengan menggunakan uji chi-square di peroleh nilai p = 0,02 yang artinya lebih kecil dari pada α
(0,05). Dengan demikian hipotesis penelitian dinyatakan diterima, berarti ada
hubungan minum kopi dengan kejadian hipertensi.
b. Hubungan
keturunan dengan hipertensi di Puskesmas Batua Makassar
Tabel 9
Hubungan
keturunan dengan hipertensi di Puskesmas
Batua Makassar.
Keturunan
|
Hipertensi
|
Jumlah
|
Nilai
p
|
||||
Ya
|
Tidak
|
F
|
%
|
||||
F
|
%
|
F
|
%
|
||||
Ada
|
14
|
46,7
|
8
|
26,7
|
22
|
73,4
|
0,035
|
Tidak
ada
|
1
|
3,3
|
7
|
23,3
|
8
|
26,6
|
|
Jumlah
|
15
|
50
|
15
|
50
|
30
|
100
|
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa
dari 30 responden yang ada keturunan dan menderita hipertensi berjumlah 14
responden (46,7 %), ada keturunan dan tidak menderita hipertensi berjumlah 8
responden (26,7%) sedangkan yang tidak ada
keturunan dan menderita hipertensi
berjumlah 1 responden (3,3 %), tidak ada keturunan dan tidak menderita
hipertensi berjumlah 7 responden (23,3%)
Uji statistik dengan
menggunakan uji chi-square di
peroleh nilai p = 0,035 yang artinya lebih kecil dari pada α (0,05).
Dengan demikian hipotesis penelitian dinyatakan diterima, berarti ada hubungan
keturunan dengan kejadian hipertensi.
c. Hubungan
obesitas dengan hipertensi di Puskesmas Batua Makassar.
Tabel 10
Hubungan obesitas
dengan hipertensi di Puskesmas Batua
Makassar.
Obesitas
|
Hipertensi
|
Jumlah
|
Nilai
p
|
||||
Ya
|
Tidak
|
F
|
%
|
||||
F
|
%
|
F
|
%
|
||||
obeistas
|
10
|
33,3
|
1
|
3,3
|
11
|
36,6
|
0,01
|
Tidak
obesistas
|
5
|
16,7
|
14
|
46,7
|
19
|
63,4
|
|
Jumlah
|
15
|
50
|
15
|
50
|
30
|
100
|
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan
tabel 10 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang obesitas dan menderita
hipertensi berjumlah 10 responden (33,3%), obesitas dan tidak menderita
hipertensi berjumlah 1 responden (3,3%)
sedangkan yang tidak obesitas dan menderita hipertensi berjumlah 5 responden (16,7 %), tidak
obesitas dan tidak menderita hipertensi berjumlah 14 responden (46,7 %)
Uji
statistik dengan menggunakan uji chi-square di peroleh nilai p = 0,01 yang artinya lebih kecil dari pada α
(0,05). Dengan demikian hipotesis penelitian dinyatakan diterima, berarti ada
hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi.
B. PEMBAHASAN
1. Hubungan minum kopi dengan Kejadian
Hipertensi
Hasil
uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan Minum Kopi dengan kejadian
hipertensi, dengan nilai (p = 0,02
< α = 0,05).
Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30
responden yang minum kopi dan menderita hipertensi berjumlah 9 responden (30
%),hal ini terjadi karena pada dasarnya kopi mengandung kafein yang dapat
meransang sistem saraf pusat, yang pada akhirnya akan meningkatkan frekuensi denyut
jantung dan tekanan darah.
Minum kopi dan tidak menderita hipertensi berjumlah
1 responden (3,3%) hal ini terjadi karena responden tersebut rutin berolahraga
sehingga dapat mengurangi efek kafein dalam tubuhnya. Faktor inilah yang dapat
membedakan tekanan darah tiap – tiap respenden.
sedangkan yang tidak minum kopi dan menderita hipertensi sebanyak 6 responden (20 %), hal ini di
pengaruhi oleh faktor kurang olahraga, dan kebiasaan mengkomsumsi garam
berlebihan responden tersebut melakukan
salah satu dari faktor tersebut sehinga ia dapat menderita hipertensi.
Dari hasil perhitungan statistik uji Chi-squre diperoleh
nilai signifikansi 0,02. Dengan
demikian p < a (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
dengan interpretasi ”Ada Hubungan minum kopi dengan hipertensi’’
Hal
ini didukung oleh hasil penelitian evi kurnia wati yang berjudul
faktor-faktor resiko (faktor keturunan, BMI, merokok, olahraga, dan konsumsi
kopi) yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di Posyandu
Lansia Al Hidayah Petarukan Pemalang 2007 dengan jumlah sampel 40 orang dan
setelah uji Chi Square menggunakan program SPSS 11.5 for windows dengan nilai
kepercayaan 95% dan tingkat signifikansi 0,05. Hasil penelitian ini adalah
bahwa ada hubungan antara minum kopi dengan kejadian hipertensi dengan niliai
(p value 0,015).
Kafein dalam kopi dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah mendadak, bahkan pada orang yang normal tekanan darah awalnya,
Kafein adalah suatu stimulan (perangsang), yang dapat merangsang sistem saraf
pusat, yang pada akhirnya akan meningkatkan frekuensi denyut jantung dan
tekanan darah, Kenyataannya, memang beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
minum kopi menyebabkan peningkatan tekanan darah, dan meskipun kopi memang
mengandung polifenol yang telah terbukti memiliki manfaat terhadap kesehatan,
tentunya lebih baik makan anggur atau apel yang juga sama-sama mengandung
polifenol, dan tentu saja jauh lebih sehat dari kopi.
2. Hubungan keturunan dengan Kejadian
Hipertensi
Hasil
uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan keturunan dengan kejadian hipertensi, dengan nilai (p = 0,012 < α = 0,05).
Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30
responden yang ada keturunan dan menderita hipertensi berjumlah 14 responden (46,7 %), hal ini terjadi karena
pewarisan sifat melalui gen yang secara otomatis akan mempengaruhi tekanan
darah dan pewarisan sifat ini yang
cendrung mengakibatkan hipertensi.
ada keturunan dan tidak menderita
hipertensi berjumlah 8 responden (26,7%) hal ini terjadi karena responden
tersebut mengontrol aktivitas dan pola makannya. Dengan mengontrol aktivitas
dan pola makannya, akan mengurangi resiko terjadinya hipertensi bahkan dapat
terhindar dari hipertensi. sedangkan yang tidak ada keturunan dan menderita
hipertensi berjumlah 1 responden (3,3
%), hal ini terjadi dikarenakan kurang berolahraga dan tidak mengontrol
makanannya sehingga dapat menyebabkan
hipertensi.
Dari hasil perhitungan statistik uji Chi-squre diperoleh nilai
signifikansi 0,013. Dengan
demikian p < a (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
dengan interpretasi ”Ada Hubungan keturunan dengan hipertensi.
Riwayat
keluarga dengan hipertensi atau keturunan terbukti sebagai faktor risiko
terjadinya hipertensi, dengan nilai p = 0,035,
Hal
tersebut berarti bahwa orang tuanya (ibu, ayah, nenek atau kakek) mempunyai
riwayat hipertensi, berisiko terkena hipertensi lebih tinggi dibandingkan orang
yang orang tuanya tidak menderita hipertensi. Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syukraini Irza yang menyatakan
bahwa riwayat keluarga dengan hipertensi memberikan risiko 7,9 kali terhadap
kejadian hipertensi. Menurut Sheps, hipertensi cenderung merupakan penyakit
keturunan. Jika seseorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka
sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua
orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan kita mendapatkan penyakit
tersebut 60%. Hipertensi merupakan salah satu gangguan genetik yang bersifat
kompleks. Hipertensi esensial biasanya terkait dengan gen dan faktor genetik,
dimana banyak gen yang turut berperan pada perkembangan gangguan hipertensi.
Faktor genetik menyumbangkan 30% terhadap perubahan tekanan darah pada populasi
yang berbeda. Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi lebih banyak
pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel
telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer
(esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama
lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar
30-50 tahun akantimbul tanda dan gejala.
3. Hubungan obesitas dengan Kejadian
Hipertensi
Hasil
uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan keturunan dengan kejadian hipertensi, dengan nilai (p = 0,01 < α = 0,05).
Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 responden yang obesitas dan menderita
hipertensi berjumlah 10 responden (33,3%), hal ini berkaitan
dengan meningkatnya volume plasma dan curah jantung akibat berbagai
perubahan hormonal, metabolik, neurologi dan hemodinamik
yang terjadi pada obesitas jadi dapat dikatatakan bahwa obesitas sangat erat
hubungannya dengan hipertensi karena dapat berpengaruh langsung dengan berbagai
perubahan dalam tubuh.
Obesitas dan tidak menderita hipertensi berjumlah
1 responden (3,3%) hal ini disebabkan karena responden mengontrol aktivitasnya
seperti berolahraga tiga kali seminggu dan dengan berolahraga dapat mengurangi resiko hipertensi terhadap
responden. Sedangkan yang tidak obesitas dan menderita hipertensi berjumlah 5 responden (16,7 %), hal ini sangat berkaitan
dengan umur karena semakin tinggi umur seseorang maka semakin tinggi pula
resiko menderita hipertansi karena ketika umur bertambah maka fungsi tubuh juga
akan semaking menurun dan memaksa tekanan darah harus naik.
Dari hasil perhitungan statistik uji Chi-squre diperoleh nilai
signifikansi 0,01. Dengan
demikian p < a (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
dengan interpretasi ”Ada Hubungan obesitas dengan hipertensi’’
Hal
ini didukung oleh hasil penelitian Diana Natalia dengan judul hubungan obesitas
dengan kejadian hipertensidi diKec. Sintang Kalimantan Barat. yang memperoleh 85
(58,2%) subjek dengan IMT normal dan 61 (41,8%) subjek dengan IMT obesitas dari
total 146 subjek penelitian. Dari 85 subjek dengan IMT normal, diketahui 31
(36,5%) subjek menderita hipertensi dan 54 (63,5%) subjek mempunyai tekanan
darah normal. Sedangkan dari 61 subjek dengan IMT obesitas, 48 (78,7%) subjek
menderita hipertensi dan 13 (21,3%) subjek mempunyai tekanan darah normal. dan Analisis
hubungan antara faktor risiko, yaitu obesitas, dengan kejadian hipertensi
dilakukan dengan uji chi-square dengan nilai significancy sebesar
0,000.
Obesitas
merupakan suatu keadaan dimana terdapat jaringan adipose dalam proporsi yang
abnormal dalam tubuh. Hubungan obesitas dengan hipertensi telah diketahui sejak
lama. Diduga timbulnya hipertensi pada obesitas adalah berkaitan dengan
meningkatnya volume plasma dan curah jantung akibat berbagai perubahan
hormonal, metabolik, neurologi dan hemodinamik yang terjadi pada obesitas. dan
kedua keadaan ini sering dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.
Pada Swedish Obese Study didapatkan angka kejadian hipertensi pada obesitas
adalah sebesar 13,5% dan angka ini akan makin meningkat seiring dengan
peningkatan indeks massa tubuh dan waist-hip- ratio.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan, hasil penelitian
dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
hubungan minum kopi dengan kejadian hipertesi di puskesmas batua masakassar.
2. Mengidentifikasi
hubungan keturunan dengan kejadian hipertesi di puskesmas batua masakassar.
3. Mengidentifikasi
hubungan obesitas dengan kejadian hipertesi di puskesmas batua masakassar.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas,
peneliti mengajukan saran sebagai berikut :
1. Bagi
petugas kesehatan dalam hal ini petugas Puskesmas setempat ( Dinas Kesehatan )
agar senantiasa meningkatkan atau memberikan pendidikan atau penyuluhan
kesetahan tentang hipertensi kepada masyarakat.
2.
53
|
3. Bagi
peneliti selanjutnya kami sarankan untuk mengadakan penelitian lanjut untuk
mengetahui variabel – variabel yang belum di teliti sehingga nantinya dapat
mengungkap perkembangan teori tentang hipertensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar